Tanggal:15 May 2024
divestasi adalah

Divestasi: Pengertian, Tujuan, Metode, Dampak dan Contohnya

Apakah kamu seorang investor pemula? Jika iya, sudahkah kamu tahu tentang divestasi? Kamu mungkin belum pernah mendengar istilah ini, padahal sesungguhnya divestasi adalah hal umum yang dilakukan oleh investor. Apabila kamu tahu ilmu investasi maka wajib pula tahu ilmu divestasi karena keduanya berkaitan satu sama lain. Apa itu divestasi? Apa tujuannya? Bagaimana metodenya? Apa dampaknya? Selengkapnya simak rangkuman berikut.

Pengertian Divestasi

Sederhananya, divestasi adalah kebalikan dari investasi. Investasi diartikan sebagai penambahan aset yang dilakukan oleh seseorang atau badan usaha dengan harapan mendapatkan keuntungan. Divestasi berarti sebaliknya, divestasi adalah pengurangan jenis aset yang dimiliki seseorang atau badan usaha. Namun, jangan salah sangka, divestasi bukan bertujuan untuk memperoleh kerugian. Divestasi dilakukan juga dalam rangka memperoleh keuntungan yang lebih besar di masa depan.

Jadi, divestasi bukan sesuatu yang merugikan bagi investor. Misalkan, investor menjual sejumlah lot sahamnya ketika harga pasar sedang tinggi. Dengan demikian, investor tersebut mendapat profit cukup besar. Aktivitas tersebut tentu saja tidak merugikan investor karena dengan mengurangi asetnya di suatu perusahaan ia justru mendapatkan laba yang besar.

Baca juga: Investasi: Pengertian, Tujuan, dan Manfaatnya

Tujuan Divestasi

Tujuan Divestasi

Tujuan utama divestasi tidak lain dan tidak bukan adalah meraih keuntungan sebesar-besarnya. Akan tetapi, tujuan divestasi tidak hanya itu lho. Ada beberapa tujuan lain aktivitas divestasi, yaitu:

1. Normalisasi Aset

Suatu aset biasanya memiliki beban biaya tambahan, sepeti biaya perawatan, pajak, dan sejenisnya. Untuk menekan pengeluaran biaya tersebut, perusahaan perlu melakukan divestasi atau tindakan pengurangan aset. Dengan demikian, beban biaya perusahaan dapat berkurang.

2. Mengurangi Beban Kerugian

Sudah bukan rahasia umum lagi kalau investasi sangat besar kemungkinan mengalami kerugian atau keuntungan tidak sesuai harapan. Daripada investasi tersebut berujung tidak worth it atau justru merugi, biasanya investor akan memilih melakukan divestasi.

3. Efisiensi Profit Jangka Panjang

Bukan hal tabu bila investor terobsesi dengan profit maksimal. Demi mencapai profit maksimal terkadang investor harus melakukan sekian pengorbanan, divestasi adalah salah satunya. Akan tetapi, sebelum melakukan divestasi, investor akan melakukan perhitungan untuk memprediksi risiko divestasi yang dihadapi.

Baca juga: Jenis Investasi Yang Cocok Untuk Pemula

Macam-Macam Metode Divestasi

1. Direct Selling

Direct selling adalah metode divestasi yang banyak diterapkan oleh segala kalangan investor. Metode ini terbilang mudah dan potensi profitnya juga cukup menjanjikan. Aktivitas direct selling kerap kali dijumpai pada kegiatan penjualan saham, aset perusahaan, unit bisnis, dan sejenisnya.

2. Spin-Off

Spin-off adalah metode divestasi yang meleburkan suatu divisi menjadi entitas lain secara terpisah. Entitas disini berarti jenis perusahaan yang masih menjadi satu bagian dengan perusahaan induk. Walaupun pemegang saham masih tetap sama dengan sebelumnya, metode spin-off berpengaruh terhadap pembagian pemegang saham entitas. Selain itu, profit yang diterima dari metode spin-off adalah berupa efisiensi biaya, bukan uang tunai.

3. Metode Carve-Out

Carve-out adalah metode divestasi saat sebuah cabang melepaskan diri dari perusahaan induk menjadi sebuah entitas yang terpisah. Dengan demikian, entitas baru tidak ada kaitannya dengan perusahaan sebelumnya. Kemudian, perusahaan cabang tersebut akan menawarkan sahamnya kepada masyarakat. Namun, tidak semua cabang perusahaan dapat dilakukan divestasi dengan metode carve-out. Wajib dipastikan terlebih dahulu apakah cabang tersebut memiliki kemampuan untuk berdiri sendiri, setidaknya dari segi branding.

4. Tracking Stock

Tracking stock adalah metode divestasi dengan cara memilih satu unit bisnis yang paling menguntungkan untuk dijual sahamnya kepada masyarakat. Metode ini sekilas mirip dengan carve-out. Namun, perbedaanya adalah perusahaan induk tidak melepas 100% saham unit bisnis. Dengan kata lain, kepemilikan terbesar unit bisnis tetap kuasa perusahaan induk.

Baca juga: Return On Investment (ROI): Arti, Kegunaan, Faktor Pengaruh, dan Rumus Penghitungannya

Dampak Divestasi

Divestasi dapat menimbulkan dampak langsung dan tidak langsung bagi investor. Tentu saja ada dampak positif dan negatif. Selengkapnya tentang dampak divestasi adalah sebagai berikut.

1. Kembalinya Dana Investasi

Dampak divestasi yang pertama adalah pengembalian modal investasi milik investor dapat terjadi dalam jangka waktu pendek. Ketika investor memutuskan untuk melepaskan asetnya, otomatis ia menerima modal yang diinvestasikan di awal. Namun, hal ini tidak selamanya baik, jika ingin aset tersebut berputar menjadi profit, investor harus mencari instrumen investasi lain.

2. Berkurangnya Pendapatan

Melalui investasi, investor memperoleh pendapatan rutin baik berupa dividen maupun return setiap periode tertentu. Dengan menjual asetnya berarti investor akan kehilangan salah satu sumber passive income. Meski demikian, divestasi mungkin adalah pilihan terbaik jika instrumen investasi yang selama ini justru tidak mendatangkan keuntungan.

3. Kehilangan Hak Atas Sebuah Perusahaan

Saat melakukan penanaman modal di suatu perusahaan, investor akan mendapat persentasenya sebagai pemilik perusahaan tersebut. Ketika modal dicabut, otomatis investor kehilangan persentase kepemilikan tersebut.

4. Potensi Redistribusi Kekayaan

Keuntungan atau aset yang telah dijual dapat dimanfaatkan untuk menambah kekayaan atau aktivitas produktif lainnya. Dengan begitu, kemungkinan akan ada sumber keuntungan lain. Untuk itu, investor membutuhkan analisis yang akurat untuk memastikan bahwa divestasi tersebut benar-benar akan menghasilkan profit yang diharapkan.

Baca juga: Kenali Apa itu Pasar Uang yang Menarik Perhatian Para Investor Pemula

Contoh Divestasi di Indonesia

Contoh Divestasi

Divestasi umumnya terjadi di lingkungan perusahaan-perusahaan besar, khususnya perusahaan yang sudah IPO (Initial Public Offering). Adapun beberapa investor besar yang pernah melakukan tindakan divestasi adalah.

Standard Chartered Bank (StanChart)

Pada tahun 2019, perusahaan Standard Chartered Bank (StanChart) menjual saham kepemilikannya sebesar 45% kepada Bank Permata. Divestasi ini dilakukan agar perusahaan memperoleh modal yang lebih besar.

PT Aneka Tambang Tbk (ANTAM)

Pada tahun 2018, PT Aneka Tambang Tbk (ANTAM) menjual 20% sahamnya kepada PT Dairi Prima Mineral. Langkah ini untuk memperkuat keuangan perusahaan agar bisa berfokus pada bisnis inti perusahaan.

Baca juga: Cara Mudah Investasi Reksadana Agar Untung!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *