Dalam ranah ilmu sosial politik seringkali muncul topik tentang sekularisme. Tidak hanya menjadi bahan perbincangan, sekularisme juga kerap menjadi bahan perdebatan. Haruskah suatu negara menegakkan sekularitas atau tidak? Sebagian Sobat Vocasia mungkin belum mengetahui apa itu sekularisme. Sekularisme sangat erat kaitannya dengan politik dan agama. Penasaran? Yuk simak pembahasan berikut!
Apa itu Sekularisme?
Sesuai dengan yang telah disebutkan di atas bahwa sekularisme sangat erat kaitannya dengan politik dan agama. Sekularisme adalah paham atau ideologi yang menganggap bahwa sebuah institusi atau badan negara harus berdiri secara terpisah dari agama atau kepercayaan. Sebagai sebuah pandangan, sekularisme menafsirkan kehidupan berdasarkan prinsip-prinsip dunia material tanpa merujuk pada agama.
Secara etimologis, kata sekuler berasal dari kata bahasa Latin, saeculum, yang bermakna ganda, yaitu “ruang” dan “waktu”. Ruang merujuk pada pengertian “duniawi”, sedangkan waktu merujuk pada pengertian “sekarang”. Kemudian, kata sekuler mengalami perluasan.
Saat ini, istilah sekularisme digunakan untuk mendeskripsikan sesuatu yang bersifat duniawi atau kebendaan, bukan keagamaan atau kerohanian. Selain sekularisme, terdapat pula istilah sekularisasi yang bermakna “proses melepaskan diri dari ikatan keagamaan”. Sekularisasi juga diartikan sebagai pemisahan antara urusan keagamaan dan kenegaraan atau pemisahan antara urusan akhirat dan duniawi.
Sekularisme tidak memisahkan negara dan agama secara total tetapi lebih menekankan pada kesetaraan di mata hukum dan netralitas negara dalam urusan agama dan kepercayaan. Sekularisme dipandang dapat menunjang kebebasan beragama dan kebebasan dari pemaksaan suatu kepercayaan dengan menyediakan lingkungan yang netral serta tidak mengistimewakan agama tertentu.
Salah satu negara yang menganut ideologi ini adalah India. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa India adalah negara dengan pemeluk Hindu terbesar di dunia. Dilansir dari Global Religious Future (2020), jumlah pemeluk Hindu di India mencapai 1.09 miliar jiwa atau 94.17% dari total pemeluk Hindu di seluruh dunia. Perkembangan sekularisme di India dapat diamati dari penerapan kebijakannya, baik yang bersifat ideologis maupun pembangunan. India menganut sekularisme bukan hanya untuk memisahkan urusan politik dan agama tetapi juga mencegah terjadinya politisasi agama, menghindari terjadinya komunalisme, dan menjalankan proses modernisasi.
Baca juga:
- Apa itu Chauvinisme? Bagaimana Dampaknya terhadap Negara?
- Etnosentrisme: Pengertian, Penyebab, Dampak, dan Contohnya
Prinsip Dasar Sekularisme
Setiap ideologi pasti memiliki prinsip dasar yang menjadi fundamental pemikiran. Prinsip dasar sekularisme adalah kepercayaan mutlak terhadap kemampuan manusia untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan duniawi. Pemikiran-pemikiran sekularisme yang berkembang memandang aktivitas dan penentuan manusia, terutama hal-hal yang bersangkutan dengan politik, harus didasarkan pada bukti konkret dan fakta serta bukan merupakan pengaruh keagamaan. Manusia juga dituntut untuk mengandalkan rasionalitasnya dalam memandang dunia sehingga rasionalisme adalah implikasi lain dari sekularisme.
Kilas Sejarah Sekularisme
Kilas balik sejarah, tokoh pertama yang menggunakan istilah sekularisme dalam pengertian modern adalah seorang penulis agnostik asal Inggris, George Jacob Holyoake, pada tahun 1851. Holyoake memandang kata “ateisme” terlalu menggangu. Holyoake kemudian mencari istilah lain yang bisa menggambarkan hidup berdasarkan pertimbangan naturalistik (sekuler) tanpa harus menolak agama sehingga memungkinkan menjalin kerja sama dengan orang-orang yang memeluk agama.
Berkembangnya sekularisme juga berkaitan erat dengan sejarah Kristen di dunia Barat. Pada abad modern, di dunia Barat telah terjadi proses atau upaya untuk memisahkan antara hal-hal yang menyangkut urusan agama dan nonagama. Proses ini diawali dengan terjadinya ketidakserasian antara hasil penemuan sains atau ilmu pengetahuan dan dogma Kristen.
Baca juga:
Tokoh-tokoh Sekularisme
Sekularisme merupakan pemikiran yang memiliki nasab secara intelektualitas dari para filsuf Yunani dan Romawi. Beberapa tokoh sekularisme adalah:
- Marcus Aurelius
- Epikuros
- Ibnu Rusyd (polimatik Islam abad pertengahan)
- Para pemikir era Pencerahan, seperti: Voltaire, Thomas Paine, Thomas Jefferson, James Madison, John Locke, Baron d’Holbach, dan Denis Diderot
- Pemikir independen, agnostik, dan ateis, seperti: Robert Ingersoll dan Bertrand Russell
- George Jacob Holyoake (filsuf abad ke-19)
Sekilas pemikiran mereka, menurut George Jacob Holyoake, sekularisme adalah sistem etik yang didasarkan pada prinsip moral alamiah, terlepas dari agama wahyu atau supernaturalisme. Filsuf Baron d’Holbach juga mengungkapkan hal yang serupa. Menurut Baron d’Holbach, pengaruh lembaga keagamaan harus dikurangi sejauh mungkin dan moral serta pendidikan harus dipisahkan dari agama.
Penutup
Nah, demikianlah pembahasan singkat mengenai sekularisme beserta prinsip dasar, sejarah, dan tokoh-tokoh pemikirnya. Jadi, apakah Sobat Vocasia sudah cukup memahami tentang apa itu sekularisme? Sekularisme adalah paham yang meyakini bahwa urusan negara dan agama seharusnya berada pada lini yang berbeda. Ideologi ini meyakini bahwa penyelenggaraan negara hendaknya dijalankan secara rasional tanpa perlu dikait-kaitkan dengan keagamaan. Akan tetapi, sekularisme tidak menolak kehadiran agama, hanya tidak melibatkan perspektif agama dalam politik.
Baca juga:
Leave a Reply