Tanggal:09 November 2024

7 Jenis Wawancara Berita Jurnalistik, Beserta Penjelasannya

Wawancara berita (news interview) adalah kegiatan tanya-jawab yang dilakukan reporter atau wartawan dengan narasumber. Tujuannya untuk memperoleh informasi menarik dan penting yang diinginkan. Informasi yang menarik dan penting itu kemudian diolah untuk dijadikan berita. Seperti ditegaskan Newsom dan Wollert dalam Media Writing, News for The Mass Media (1985:221). Bahwa wawancara merupakan alat utama dalam proses pengumpulan bahan berita (interviews are basic tool of news gathering). Dengan wawancara, reporter atau wartawan akan dapat menggali informasi sebanyak dan sedalam mungkin dari narasumber. 

Kursus belajar TOEFL online Vocasia

Agar bisa mencapai hasil seperti itu. Tentu saja diperlukan pengetahuan serta kemampuan dasar (basic skills) dari reporter atau wartawan dalam proses wawancara. Para reporter harus memahami maksud dan tujuan wawancara, menguasai topik dan materi wawancara. Serta dapat menata dengan baik organisasi wawancara. Selain itu, para reporter juga harus tahu kapan (timing), di mana, dan dalam situasi apa sebaiknya wawancara dilakukan. Kemudian, mereka harus bisa segera bisa mendeteksi dan mengevaluasi. Berkaitan dengan informasi yang sudah diperoleh. Apakah informasi sudah memadai dan sesuai dengan situasi dan waktu yang dialokasikan untuk wawancara tersebut.

Dilansir dari buku Jurnalistik Indonesia (2017). Menurut Flyod G. Arpan dalam Toward Better Communications seperti dikutip Mappatoto (1999:21-22). Berdasarkan bentuknya, wawancara dapat dikelompokkan ke dalam tujuh jenis. Simak dibawah ini, penjelasan secara lengkapnya!

7 Jenis Wawancara Berita Jurnalistik

1. Wawancara Sosok Pribadi (Personal Interview)

Pada wawancara ini dilakukan dalam dua golongan sosok pribadi. Pertama. Dengan orang yang baru tampil dalam suatu profesi seperti profesi dalam politik, niaga, perbankan, ilmu pengetahuan, hiburan, kegiatan sosial, olah raga. Kedua, dengan orang yang berada di luar orbit berita yakni orang biasa yang sebenarnya tidak melakukan kegiatan bernilai berita. Sebagaimana layaknya orang-orang besar. Tetapi orang itu menarik karena misalnya bertingkah laku aneh, atau melakukan pekerjaan aneh.

2. Wawancara Berita (News Interview)

Pada umumnya wawancara diselenggarakan sehubungan dengan adanya berita besar dengan maksud untuk memperoleh pendapat atau tanggapan dari orang yang berwenang. Biasanya wawancara ini dinamakan dengan sebutan wawancara cantelan berita (news peg). Umumnya wawancara berita dilakukan untuk memperoleh keterangan atau pendapat dari seseorang atas pertimbangan kewenangannya, prestasinya, keahliannya. Kemudian untuk diterbitkan sebagai berita lempang (straight news). Sumber berita itu misalnya presiden, para menteri, para petinggi negara, olahragawan, ilmuwan, pemodal, politisi, dan tokoh masyarakat.

3. Wawancara Jalanan (Man In The Street Interview)

Biasanya wawancara ini diadakan di jalan-jalan umum. Yaitu dengan menyetop dan menanyai orang yang lewat tentang pendapat mereka berkenaan dengan suatu berita penting. Dengan wawancara ini diharapkan dapat diperoleh pendapat umum tentang kejadian penting itu. Misalnya kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

4. Wawancara Sambil Lalu (Casual Interview)

Dalam penyelenggaraan wawancara ini tidak direncanakan secara khusus tetapi berlangsung secara kebetulan. Pertemuan dan dialog dengan orang berwenang dalam suatu resepsi adalah sarana dari wawancara ini. Hal itu ditujukan untuk memperoleh keterangan dari orang besar yang ditemui pada kesempatan itu.

5. Wawancara Telepon (Telephone Interview)

Bertujuan untuk memperoleh keterangan dari seseorang yang berwenang. Dengan dilakukan melalui telepon yang sewaktu-waktu dapat diadakan antara pewarta dan sumber berita. Cara memperoleh keterangan melalui wawancara ini akan lebih lancar jika sudah ada saling percaya antara pewarta dan sumber berita. Artinya, di mata sumber berita pewarta yang bersangkutan memiliki integritas pribadi dan dapat dipercaya tidak akan salah kutip. Sebaliknya, pihak pewarta tidak mempunyai kepentingan lain dengan sumber berita kecuali memperoleh keterangan atau informasi.

6. Wawancara Tertulis (Written Interview)

Kelemahan dalam wawancara tertulis yakni sekiranya ada bagian yang tidak jelas dari jawaban tertulis itu. Pewarta tidak dapat meminta penjelasan dari sumber berita pada saat itu seperti yang dapat dilakukan dalam wawancara berita. Keuntungannya, berita yang disusun berdasarkan jawaban tertulis diasumsikan tidak akan dibantah oleh sumber berita. Kecuali kalau susunan berita bertentangan dengan maksud sumber berita.

7. Wawancara kelompok (Discussion Interview)

Pada wawancara ini dilakukan dengan sekelompok orang, seakan akan pewarta adalah peserta dalam suatu seminar atau simposium. Hasil wawancara yang akan diberitahukan bukan pendapat satu orang dalam seminar. Tetapi rangkuman pendapat yang transparan dalam seminar (Mappatoto 1999:22-24).

Hal yang Harus Diperhatikan Selama Wawancara

Jurnalis, reporter atau wartawan, dituntut untuk mengetahui dan menguasai banyak hal. Namun tetap dalam koridor normatif jurnalistik. Sebagai contoh, seperti diingatkan seorang wartawan senior salah satu surat kabar terkemuka ibu kota. Ketika tiba waktunya untuk mengadakan wawancara, maka seorang jurnalis harus bisa, sebagai berikut.

  • Menjaga suasana,
  • Bersikap wajar,
  • Memelihara situasi,
  • Tangkas dalam menarik kesimpulan,
  • Menjaga pokok persoalan,
  • Bersikap kritis,
  • Senantiasa menjaga sopan santun.

Nah, itu tadi penjelasan mengenai tujuh wawancara berita jurnalistik, beserta hal-hal yang perlu diperhatikan seorang jurnalis, reporter, atau wartawan selama wawancara. Semoga artikel ini bermanfaat, jangan lupa komen dibawah ya!

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *