Tanggal:28 April 2024

Pendidikan Mengubah Kehidupan, Lantas Sekolah atau Kerja?

Sejauh pemahaman mengenai pengetahuan, kita hidup di dunia tentu memiliki harapan dan keinginan untuk hidup lebih baik dari yang lainnya. Demi kehidupan yang baik, semua orang akan melakukan apa saja agar hidupnya jauh dari kata sengsara. Lahir di desa menjadi jelas bukan hanya tentang keinginan dan kerinduan, tetapi tentang persyaratan yang harus dipenuhi. Selain untuk memenuhi sandang dan pangan, tuntutan kebutuhan pendidikan menjadi kunci untuk masa depan. 

Kursus belajar TOEFL online Vocasia

Pendidikan  seharusnya  sudah  menjadi prioritas  seluruh  masyarakat  di  Indonesia. Tetapi pendidikan bagi masyarakat miskin bagaikan barang mewah yang tidak bisa mereka beli dan miliki. Salah satu alasan mengapa pendidikan tidak dapat tersentuh oleh masyarakat miskin adalah karena mahalnya biaya pendidikan. Kondisi masyarakat seperti ini tidak hanya ada di desa tetapi juga di kota.

Lantas, manakah yang harus kita pilih untuk masa depan, sekolah atau kerja? 

Di dunia sekolah, kita belajar dengan bimbingan guru. Guru mempunyai tanggung jawab besar dalam memberi materi kepadai siswanya. Dalam hal ini, guru memiliki lebih banyak effort untuk membimbing murid. 

Di dunia kerja, kita dilatih untuk mencari dan belajar sendiri. Dengan bekal telaten dan mau belajar, maka otomatis skill akan muncul. Selain kemampuan mencari sendiri, pekerja juga mempunyai tanggung jawab khusus dalam spesifikasinya. Belum lagi lingkungan sosial, hubungan atasan dan bawahan, senioritas dan junioritas, dan berbagai hal sosial lain yang lebih ‘sangar’ dari dunia sekolah. 

Perbedaan kedua hal ini tidak akan pernah cukup. Fenomena pendidikan di masyarakat perkotaan dan pedesaan timbul dengan sangat kontras. Masyarakat kelas atas menyekolahkan anaknya di sekolah-sekolah mewah  di saat  masyarakat golongan ekonomi lemah harus bersusah payah bahkan untuk sekedar menyekolahkan anak mereka di sekolah biasa. Maka, ketimpangan ini  dapat  memicu kecemburuan  yang berpotensi menjadi konflik sosial.

Peningkatan  kualitas pendidikan  yang sudah  tercapai  akan sia-sia  jika  gejolak  sosial dalam masyarakat akibat ketimpangan karena kemiskinan dan ketidakadilan tidak diredam. Sekolah yang kualitasnya bagus karena memiliki pengajar yang kompeten, fasilitas  lengkap, dan  siswa-siswanya  cerdas akan  semakin bagus. Sedangkan sekolah  yang kualitasnya sedang justru sebaliknya. Sekolah yang kualitasnya sedang atau kurang bagus akan menjadi bertambah buruk. Sudah tenaga pengajarnya kurang kompeten, fasilitasnya kurang, siswa-siswanya juga kurang secara akademis.

Pilihan yang biasa dilakukan orang-orang untuk keuangan keluarga yang pas-pasan adalah memilih bekerja daripada sekolah karena bekerja membuat uang lebih mudah. Tidak hanya dapat dengan cepat memenuhi kebutuhan mereka, tetapi juga dapat membantu keuangan keluarga. Benar bahwa mereka yang telah bekerja selama ini yakin bahwa mereka akan menerima uang segera, mereka dapat membelinya dan mereka tidak perlu menunggu bertahun-tahun. Sesingkat-singkatnya ilmu yang terlacak, jika bekerja dan terus bekerja tanpa memperbaiki visi global, ujung-ujungnya hanya energi, setelah usia tertentu dan tergolong muda, sudah tidak digunakan lagi oleh perusahaan, akibatnya angkatan kerja berkurang, selain itu perusahaan bangkrut atau bangkrut. 

Apa yang terjadi, pengangguran meledak, akhirnya kembali generasi berikutnya sulit untuk mendapatkan akses pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan layak karena orang tuanya kena PHK dan minim keterampilan. Hukum alam rimba berlaku, siapa yang kuat dia dapat. Saat ini berbeda jauh 30 tahun yang lalu kerja bisa cepat, saat ini spekulasi banget sekalipun lulusan sekolah tinggi. Itu semua karena ada perubahan situasi dan kondisi yang tidak mampu diprediksi ketika masa lalu, apa yang akan terjadi hari ini.

Dari sekian banyak yang memilih saat itu, dalam kondisi ekonomi jauh di bawah garis kemiskinan, motivasi dan semangat ingin mengubah nasib jauh lebih kuat, saya yakin banyak orang merasakan hal yang sama dan apa yang membedakannya. itu adalah pilihan dan kegigihan mereka (istiqamah) dalam mengatur proses untuk mencapai tujuan.

Namun, sekolah dan kerja sama-sama bentuk pengabdian pada sesama tanpa ada sekat dan batas area. Diakui atau tidak, pendekatan sosiologis bahwa semua orang berusaha untuk sekolah, karena sekolah representasi fasilitasi peningkatan indek pertumbuhan manusia dalam berbagai bidang.

Sekolah dan kerja saat ini bukan lagi pilihan melainkan tahapan untuk mencapai sesuatu yang diharapkan. Yang penting adalah menjaga attitude, memperbaiki komunikasi, dan responsif. Progresifitas performa pekerja sangat menentukan seberapa survive dia di perusahaan/tempat bekerja. Pekerja lebih sering underpressure karena beban tumpukan pekerjaan dan tuntutan untuk diselesaikan dengan sempurna. Sekolah hanya punya PR dan tugas yang didasarkan pada buku dan kurikulum, untuk pekerja, lingkupnya lebih luas dari itu.

But, never worry. Menjadi pekerja lebih melatih kita untuk lebih produktif, selain meningkatkan kualitas performa, ini juga kadang diiringi dengan rewards. Your skill will be improved as well

Penulis: Senda Ayu Bidari

Mahasiswa Studi Independen – Kelompok D

Vocasia – Batch #4

Share

Ini Adalah Akun Publikasi Artikel Buatan Mahasiswa & Mahasiswi Studi Independen di Vocasia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *