Tanggal:08 November 2024

Mengenal Defensif, Sikap Bertahan atau Merasa Selalu Benar

Defensif adalah sikap bertahan yang biasanya muncul ketika seseorang melakukan kesalahan, tetapi enggan mengakuinya. Biasanya, respon defensif berasal dari perasaan dituduh atau disalahkan karena melakukan perbuatan negatif. Apakah kamu pernah melakukannya atau justru menjadi kebiasaan?

Sikap defensif terlalu berlebihan dapat membuat kamu merasa tidak cocok dengan siapa pun dan bahkan cenderung menutup diri. Saat kamu mendapatkan kritik dari orang lain, respon defensif akan muncul dan diikuti perasaan malu, marah, cemas, sedih hingga berujung tindakan kekerasan.

Saat kamu memiliki sikap defensif, biasanya kamu akan merasa malu ataupun takut. Hal ini karena munculnya sikap defensif bertujuan untuk mengalihkan kesalahan pada orang lain. Sikap defensif saat terus dibiarkan dapat berubah menjadi malapetaka bagi diri kamu sendiri. Kamu akan dengan gampang melempar kesalahan kepada orang lain. Lalu, kamu bisa seolah berakting diselimuti perasaan takut dan yang lainnya untuk menutupi kesalahan. Berbahaya, bukan? Ya, seharusnya kamu dapat lebih tenang dan terbuka mengakui kesalahan. Jangan biarkan sikap defensif terus mengelabuhi isi pikiran dan sikap kamu pada lingkungan sekitar, ya. 

Baca Juga | Mengenal Imposter Syndrome: Keraguan Terhadap Diri Sendiri

Tanda-tanda sikap defensif :

  • Mudah menyalahkan orang lain
  • Berhenti atau tidak mendengarkan pendapat orang yang memberi kritik
  • Membuat beragam alasan agar berhenti dikritik
  • Menuding orang lain melakukan hal yang sama
  • Berusaha membenarkan apa yang dilakukan
  • Mengungkit kesalahan orang lain di masa lalu
  • Menghindari bicara tentang topik yang tengah dihadapi

Baca Juga | Decision Making: Pengertian, Manfaat, Contoh Dan Cara Meningkatkannya Sebagai Keterampilan

Penyebab Sikap Defensif :

1. Rasa takut

Ilustrasi Perasaan Takut (pexels)

Orang yang memiliki trauma masa lalu dapat berdampak buruk pada kehidupan setelahnya. Biasanya, seseorang yang kerap mengalami perundungan saat kecil bisa tumbuh menjadi sosok yang suka menindas orang lain. Dengan kata lain, adanya rasa dendam ataupun marah yang terlampiaskan pada orang yang berbeda akan membuat kamu merasa puas. Tujuannya agar merasa lebih kuat pada detik itu juga dengan membentuk ilusi rasa aman.

Baca Juga | Panic Attack: Penyebab Dan Gejala

2. Kecemasan sosial

Ilustrasi Cemas (pexels)

Saat memiliki sikap defensif, kamu dengan mudah akan merasa cemas. Hal ini disebabkan seperti halnya kurang piawai dalam berkomunikasi ataupun tidak percaya diri. Kamu akan mudah merasa cemas di sekililing orang-orang tertentu. Saat kamu melakukan sebuah kesalahan di sekeliling orang tersebut, tentu perasaan kecemasan sosial akan lebih mudah muncul. Hal ini dapat lebih meningkatkan tindakan penuduhan terhadap kesalahan yang telah kamu perbuat.

Baca Juga | 7 Cara Ini Bisa Atasi Gangguan Cemas Berlebih

3. Malu atau merasa bersalah

Ilustrasi Perasaan Merasa Bersalah (pexels)

Saat kamu merasa bersalah dan orang lain membahas tentang topik itu, kamu akan cenderung merespon dengan cara defensif. Sikap defensif dalam diri kamu akan mudah keluar dan terlampiaskan pada orang lain. Perasaan malu yang timbul dapat membuat kamu memutar balik keadaan. Kemudian kamu pun bisa dengan mudahnya menyudutkan orang lain atas kesalahan yang dilakukan diri sendiri.

Baca Juga | Kamu Seorang Visioner? Kenali Karakteristiknya!

4. Menyembunyikan hal yang sebenarnya

Ilustrasi Menutupi Fakta (pexels)

Kamu dapat dengan mudahnya bersikap defensif saat menyembunyikan hal yang sebenarnya. Ini terjadi pada saat kamu sedang berbohong atau tidak jujur. Seolah menutupi segalanya dan tampak biasa saja. Kamu cenderung berbelit-belit dalam melontarkan kata diikuti perasaan kalut saat menyampaikannya. Sikap defensif menjadi semakin berbahaya saat kamu enggan berkata jujur yang sebenarnya. Hal ini pun dapat menjadi kebiasaan buruk yang akan terus kamu lakukan dibalut sikap defensif.

Baca Juga | Apa Itu Law Of Attraction? Yuk, Ketahui Tujuan Hidup Dan Cara Mendekatkan Mimpi Kita

5. Serangan terhadap perilaku

Ilustrasi Pembenaran Atas Perilaku yang Dilakukan (pexels)

Kamu perlu pembenaran ketika perilaku atau karakter kamu diserang orang lain. Kamu akan mencari celah untuk membela diri terkait hal itu. Misalnya saja, orang lain yang mengatakan bahwa kamu seorang yang mudah marah. Namun, kamu pun enggan mengakuinya dan justru menyerang dengan perilaku buruk. Serangan tersebut kamu lontarkan seolah menutupi keadaan atau karakter kamu yang sebenarnya. Padahal hal tersebut benar adanya dan kamu tetap bersikap defensif pada orang lain.

Baca Juga : 7 Alasan Mengapa Kamu Harus Bersikap Open Minded

Cara Mengatasi Sikap Defensif 

Cara mengatasi sikap defensif dapat kamu lakukan dengan lebih menyadari adanya sikap tersebut. Tak ada yang salah dengan sikap emosi, sedih, marah, kalut, dan kesal, semuanya wajar. Namun, kamu harus pandai mengelolanya dengan baik. Setelah kamu menyadari, ada baiknya kamu dapat berusaha menerima setiap kritik. Tentu orang lain mengkritik pasti ada sebab yang nyata. Kamu perlu menerimanya sebagai hal wajar dalam kehidupan bersosial. Dan kritikan tersebut dapat kamu tampung dan terapkan sedikit demi sedikit dalam kehidupan keseharian. Belajar bersikap empati dan kuasai emosional diri dengan baik, ya. 

Nah, itu dia penjelasan seputar sikap defensif. Kamu dapat mempelajari dari tanda-tanda hingga penyebab munculnya sikap defensif. Kamu bisa belajar menjadi seseorang yang bersikap terbuka dan sadar menjadi makhluk sosial. Terima segala masukan dan kritik dengan lapang dada. Berusaha mengelola emosional dengan baik dan menyikapi setiap perkataan orang dengan bijak. Jangan mudah terpancing emosi dan mulailah menjadi seseorang yang jujur. Upgrade diri kamu menjadi lebih baik, pasti bisa!

Baca Juga | Apa Itu Toxic Positivity? Pengertian, Ciri, Dampak Dan Cara Menghindarinya

kursus pelatihan membuat bisnis pempek vocasia

One Comment

  1. Putri Ayu Lestari Reply

    Ilmunya dapat dipahami dengan baik, terimakasih. Dengan mengetahui hal ini dapat mendukung kemampuan penguasaan diri menjadi lebih baik lagi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *