Tanggal:11 May 2024

Apa Itu Toxic Positivity? Pengertian, Ciri, Dampak Dan Cara Menghindarinya

Toxic positivity adalah istilah yang senter terdengar belakangan ini. Toxic positivity terdiri dari dua kata yang berlawanan, yaitu toxic yang berarti racun dan positivity berarti kebaikan. Istilah toxic sendiri merupakan perumpamaan yang kerap digunakan untuk menyebutkan sifat-sifat buruk, yang menempel atau mendarah daging seperti racun yang membawa dampak tidak baik.

Umumnya orang dengan toxic positivity cenderung akan selalu memperlihatkan sisi baik dan positif dirinya, namun di dalam hatinya mati-matian menahan emosi untuk keluar. Jika secara tidak sengaja dia mengeluarkan emosi maka dia akan merasa bersalah. Padahal sebagai makhluk hidup yang memiliki emosi, mengutarakan sebuah emosi negatif bukanlah suatu hal yang buruk.

Sebenarnya melihat suatu hal dengan positif memang baik, tapi jika dibarengi dengan menghindari emosi negatif, hal ini justru dapat berdampak buruk bagi kesehatan mental kamu. Sebab penyangkalan emosi negatif yang terus dilakukan dalam jangka panjang bisa menimbulkan berbagai masalah kesehatan mental, seperti stres berat, cemas atau sedih yang berkepanjangan, gangguan tidur, penyalahgunaan obat terlarang, depresi, dan PTSD.

Lantas, apa sebenarnya yang dimaksud dengan toxic positivity itu? Apa ciri dan dampaknya? Serta bagaimana cara menghindarinya? Yuk simak ulasannya di bawah ini.

Baca juga: Apa Itu Trust Issue? Arti, Gejala, Penyebab, Dampak, Contoh Dan Cara Mengatasinya

Pengertian Toxic Positivity

Pengertian Toxic Positivity. Sumber: unsplash.com

Toxic positivity adalah kondisi ketika seseorang menuntut dirinya sendiri atau orang lain untuk selalu berpikir dan bersikap positif, serta menolak emosi negatif tanpa memberi kesempatan diri sendiri atau orang lain untuk meluapkan perasaannya. Sehingga sikap positif tersebut justru malah merugikan alih-alih memberi dampak baik.

Padahal, berdasarkan Psychology Today, menghindari emosi di dalam diri bisa membuat seseorang kehilangan informasi yang bernilai. Ketika takut, misalnya. Emosimu sebenarnya sedang memberitahu “Hati-hati, ada bahaya di sekitar!” sehingga kamu bisa lebih waspada. Emosi sejatinya adalah informasi, mereka memberimu cuplikan-cuplikan tentang apa yang terjadi di suatu waktu, tapi mereka tidak memberitahu secara pasti apa yang harus kamu lakukan.

Dalam sebuah proses kehidupan, ada kalanya manusia mengalami masa-masa berat, terutama ketika memasuki usia-usia quarter life crisis. Ketika berada di fase tersebut, kamu mungkin dapat berubah menjadi sangat sensitif terhadap hal-hal sepele. Tentunya hal tersebut wajar-wajar saja, akan tetapi terkadang kamu malah mengalihkan emosi tersebut untuk tetap menjadi baik-baik saja. Dalam contoh ini salah satunya adalah kecenderungan bersikap toxic positivity.

Baca juga: Quarter Life Crisis: Arti, Penyebab, dan Cara Mengatasinya

Ciri-Ciri Toxic Positivity

Ciri-Ciri Toxic Positivity. Sumber: unsplash.com

Toxic positivity biasanya muncul melalui ucapan. Orang yang memiliki pemikiran yang demikian mungkin bisa sering melontarkan petuah yang terkesan positif, tapi sebenarnya merasakan emosi yang negatif. Selain itu, ada beberapa hal yang menandakan seseorang sedang terjebak di dalam toxic positivity, antara lain:

  • Menyembunyikan perasaan yang sebenarnya sedang dirasakan
  • Merasa bersalah ketika merasakan atau mengungkapkan emosi negatif
  • Terkesan menghindari atau membiarkan masalah
  • Mencoba memberikan semangat kepada orang lain, tapi sering disertai dengan penyataan yang seolah meremehkan, misalnya mengucapkan kalimat “jangan menyerah, begitu saja kok tidak bisa”
  • Melontarkan kalimat yang menyalahkan orang yang tertimpa masalah, misalnya ‘Coba, deh, lihat sisi positifnya. Lagi pula, ini salahmu juga, kan?”
  • Sering mengucapkan kalimat yang membandingkan diri dengan orang lain, contohnya, “kamu lebih beruntung, masih banyak orang yang lebih menderita dari kamu”

Beberapa orang mengucapkan kalimat positif mungkin dimaksudkan untuk menguatkan diri sendiri, atau sebagai rasa simpati terhadap masalah yang sedang dialami orang lain. Namun, bukan berarti boleh terlalu positif hingga mengabaikan emosi negatif. Apa pun yang berlebihan itu tidak baik, begitu pula dengan sikap dan pikiran positif.

Baca juga: 20 Ciri Mental Breakdown, Cari Tahu Penyebab dan Cara Mengatasinya

Dampak Toxic Positivity

Dampak Toxic Positivity. Sumber: unsplash.com

Sama-sama kita ketahui, toxic positivity ini merupakan sebuah kondisi dari perilaku atau sifat buruk seseorang yang berdampak tidak baik kepada orang lain. Maka dari itu, kamu perlu mengetahui dampak negatif dari toxic positivity yang di antaranya ialah:

  • Sulit untuk bersosialisasi dengan orang-orang
  • Kerap kali merasa terisolasi
  • Merasa tidak memiliki siapa pun yang mau memahami
  • Lebih mudah stress dan cemas
  • Berpotensi mengalami gangguan kesehatan mental
  • Lebih mudah gelisah dan penakut
  • Merasa menjadi orang yang paling benar
  • Menimbulkan perasaan disalahkan
  • Menghindari emosi sesungguhnya
  • Cenderung menjadi mudah insecure

Toxic positivity berbahaya bagi kesehatan mental seseorang yang terus menerus mendapatkannya. Hal tersebut dapat memicu gangguan mental yang lebih serius. Maka dari itu, sebaiknya hindari perilaku toxic positivity dengan cara mengontrol dengan bijak apa yang kamu rasakan, pikirkan, dan ucapkan ketika seseorang menceritakan mengenai masalahnya kepadamu, sehingga orang tersebut akan merasa didengarkan dan dihargai.

Baca juga: Eating Disorder, Kenali Gejala dan Penyebabnya

Cara Menghindari Toxic Positivity

Cara Menghindari Toxic Positivity. Sumber: unsplash.com

1. Cobalah Mengelola Emosi

Tidak selamanya menahan emosi negatif itu hal yang baik. Cobalah mengelola emosi agar tidak tertahan di dalam hati dan menjadi penyakit. Mengeluarkan rasa marah, khawatir, antusias, sedih yang selama ini tertahan dapat membuat pikiran menjadi lebih rileks. Sebagai manusia, kamu perlu tahu kapan waktu yang tepat untuk mengungkapkan emosi positif dan negatifmu supaya ketenangan jiwa menjadi seimbang.

2. Berusaha untuk Memahami, bukan Menghakimi

Perasaan negatif yang kamu atau orang lain rasakan bisa muncul karena berbagai pencetus, mulai dari stres karena pekerjaan, masalah keluarga atau finansial, hingga gejala gangguan mental tertentu, seperti gangguan mood. Oleh karena itu, cobalah untuk memahami perasaan tersebut dan temukan cara yang tepat untuk melepaskannya. Jika hal ini terjadi pada temanmu, biarkan ia meluapkan emosi yang sedang dirasakan.

3. Hindari Membanding-bandingkan

Membanding-bandingkan dalam hal yang baik ataupun hal negatif selalu akan menimbulkan dampak yang tidak baik. Berhentilah membanding-bandingkan diri sendiri maupun orang lain. Sebab, kamu tidak benar-benar tahu kondisi orang yang dibandingkan tersebut. Selain itu, kebiasaan membandingkan bukannya membuat orang termotivasi justru lebih banyak menimbulkan rasa marah, benci dan menambah stres.

4. Berdamai dengan Diri Sendiri

Sebelum mulai memahami orang lain, pahamilah diri sendiri. Sebab, jika bukan dari diri sendiri yang mau memberi waktu dan berusaha memahaminya maka orang lain pun tidak akan bisa. Berdamai dengan diri sendiri ini merupakan proses penting yang perlu disadari. Cobalah menghargai dan mencintai diri sendiri mulai dari hal yang paling sederhana, yakni mendengarkan isi hati. Jika dirasa perlu meluapkan kesedihan, luapkan saja. Dengan begitu hati menjadi lebih tenang serta akan membantumu menerima kenyataan yang sebenarnya.

5. Kurangi Penggunaan Media Sosial

Media sosial dapat memicu atau memperparah toxic positivity, alangkah baiknya kamu coba kurangi penggunaannya. Kelola juga akun sosial mediamu, singkirkan orang-orang yang selalu membuat postingan kurang bermanfaat atau dapat memprovokasi emosimu. Daripada menghabiskan waktu untuk scrolling media sosial, lebih baik buatlah dirimu produktif dengan cara menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang tertunda, mengasah kemampuan, melakukan me time, atau aktivitas lain yang membuat kamu merasa bahagia.

Baca juga: 8 Cara Mengatasi Toxic Parents Demi Menjaga Kesehatan Mental

Setelah mengetahui ciri-ciri dari toxic positivity, kini kamu tidak boleh melakukan hal tersebut, ya. Terapkan juga cara menghindari toxic positivity yang telah dipaparkan di atas, agar kamu terhindar dari sikap ini dan tidak menjadi sumber toxic positivity bagi orang lain. Perlu diingat bahwa tidak apa-apa untuk merasa tidak baik-baik saja. Tidak perlu meyangkal kesedihan dan berpura-pura selalu bahagia.

Sebab kehidupan yang dijalani setiap orang memiliki warna warninya tersendiri. Ada kalahnya kamu bisa merasa bahagia dan puas, ada kalanya juga kamu akan merasa sedih dan kecewa. Jika kamu terjebak dalam toxic positivity hingga merasa kualitas hidupmu sampai terganggu, janganlah ragu untuk berkonsultasi dengan psikolog, ya! Semoga artikel ini bermanfaat untuk kamu yang membutuhkannya, semangat!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *