Tanggal:04 May 2024

Efektifkah Program Merdeka Belajar di Indonesia?

Tiga tahun yang lalu, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nadiem Makarim mencanangkan sebuah program yang mendukung proses belajar mandiri siswa yaitu Merdeka belajar. Merdeka Belajar adalah langkah transformasi pendidikan yang disebutkan sebagai arah kebijakan dan strategi yang diusung oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan tertuang dalam Rencana Strategis 2020-2024. 

pelatihan belajar aplikasi fluid simulator untuk pemula vocasia

Seperti namanya, program Merdeka Belajar merupakan program yang mengupayakan proses belajar siswa secara merdeka atau bebas sesuai dengan minat dan karakter mereka. Melalui kebijakan ini, pemerintah bercita-cita menghadirkan pendidikan bermutu tinggi bagi semua rakyat Indonesia, yang dicirikan oleh angka partisipasi yang tinggi diseluruh jenjang pendidikan, hasil pembelajaran berkualitas, dan mutu pendidikan yang merata baik secara geografis maupun status sosial ekonomi.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi melaui program merdeka belajar berhasil memperkuat beragam aspek pendidikan. Mulai dari kurikulum, penguatan siswa dan tenaga pengajar (SDM), hingga bantuan-bantuan pendidikan.

Merdeka belajar terdiri atas tiga komponen yaitu mandiri dalam menentukan pilihan cara belajar, dan melakukan refleksi terhadap proses dan hasil belajar. Hal tersebut diadaptasi dari pandangan Ki Hajar Dewantara.

Filosofi Ki Hajar Dewantara: Kemerdekaan dalam Belajar

Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara berpandangan bahwa sistem pendidikan harus berdasarkan asas kemerdekaan. Kemerdekaan disini berarti setiap manusia diberikan kebebasan dari Tuhan Yang Maha Esa dalam mengatur hidupnya agar sejalan dengan aturan yang ada di masyarakat. Oleh karena itu, diharapkan setiap peserta didik menanamkan jiwa merdeka di dalam dirinya. Merdeka yang dimaksud adalah secara lahir dan batin tenaganya.

Konsep Merdeka Belajar berfokus pada menerapkan materi yang esensial dan fleksibel sesuai dengan minat, bakat, kebutuhan, dan karakteristik masing-masing siswa. Sesuai dengan pandangannya, Ki Hajar Dewantara juga menerapkan sistem among. Sistem ini melarang adanya hukuman dan paksaan kepada siswa. Ki Hajar Dewantara beranggapan bahwa jika adanya hukuman dan paksaan, maka dapat mematikan jiwa merdeka dan kreativitasnya. Diperlukan jiwa yang merdeka di dalam setiap diri siswa agar Indonesia dapat maju.

Hubungan Pandangan Ki Hajar Dewantara dengan Pembukaan UUD 1945

Pandangan Ki Hajar Dewantara mengenai hal ini ternyata selaras dengan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu mencerdaskan bangsa. Maksud dari mencerdaskan bangsa disini adalah Pemerintah Negara Indonesia harus membuat dan menyesuaikan sistem pendidikan dengan kebutuhan hidup dan penghidupan rakyat Indonesia secara keseluruhan, bukan hanya individu. 

Ki Hajar Dewantara juga berpandangan bahwa keluarga, perguruan, dan masyarakat merupakan satu kesatuan yang utuh dalam pendidikan, yaitu trikonsentris pendidikan.

Dikarenakan berbagai buah pemikirannya ini, Ki Hajar Dewantara akhirnya dikenal dengan Bapak Pendidikan Nasional. Beliau sangat berjasa dalam tidak hanya kemajuan pendidikan, melainkan juga kemajuan pergerakan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Namun, proses ini harus didahului dengan menerapkan esensi kemerdekaan berpikir oleh para guru sebelum mengajarkannya kepada para siswa. Melalui konsep merdeka, proses pengajaran diharapkan dapat berdampak baik dalam berbagai aspek kehidupan baik fisik, mental, jasmani, maupun kerohanian. Esensi kemerdekaan dalam pendidikan sesuai pandangan Ki Hajar Dewantara yaitu :

  1. Tidak hidup terperintah.
    Artinya dapat menentukan arah tujuan dan memerintah diri sendiri secara mandiri
  2. Dengan kekuatan sendiri berdiri tegak.
    Seseorang harus mandiri dalam mencapai tujuan dengan usaha sendiri.
  3. Mampu mengatur hidupnya dengan tertib.
    Hal ini berarti bahwa seseorang dapat mengatur hidup sendiri secara tertib dan terampil sesuai dengan nilai dan norma masyarakat.

Apa Itu Kurikulum Merdeka Belajar?

Kurikulum merdeka belajar adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam. Dengan kurikulum ini maka diharapkan pembelajaran akan lebih maksimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan memperkuat kompetensinya. 

Merdeka Belajar memiliki perbedaan dengan kurikulum sebelumnya. Kurikulum ini menjadi opsi tambahan dalam rangka pemulihan pembelajaran selama 2022-2024. Selain itu, Kemendikbud Ristek juga akan melakukan pengkajian ulang di tahun 2024 mendatang. 

Karakteristik Merdeka Belajar 

Merdeka belajar dikembangkan dengan lebih fleksibel dan berfokus pada materi esensial serta pengembangan karakter dan kompetensi peserta didik. Beberapa karakteristik merdeka belajar yang diterapkan, antara lain: 

  1. Pembelajaran yang digunakan berbasis proyek untuk mengembangkan soft skill dan karakter sesuai dengan profil belajar Pancasila. 
  2. Fokus terhadap materi esensial sehingga terdapat waktu untuk pembelajaran yang mendalam bagi kompetensi dasar. Contohnya literasi dan numerasi. 
  3. Fleksibilitas guru untuk bisa melakukan pembelajaran yang terdiferensiasi sesuai dengan kemampuan peserta didik.

Tujuan Merdeka Belajar

Pada prinsipnya tujuan Kemendikbud meresmikan kurikulum Merdeka Belajar yaitu untuk menjawab tantangan pendidikan di era revolusi industri 4.0. Sebelum penerapan kurikulum ini, pemerintah sebenarnya sudah menyiapkan berbagai sarana penunjang khusus infrastruktur pendidikan. Khususnya di bidang informasi dan teknologi terbarukan. Tidak hanya itu, namun juga melakukan revolusi pendidikan di seluruh jenjang pendidikan melalui konsep merdeka belajar secara menyeluruh. 

Konsep Kurikulum Merdeka Belajar 

Terdapat beberapa konsep khusus yang menjadi ciri dari kurikulum ini sehingga mampu menjadikan pendidikan lebih maju dari sebelumnya. Beberapa konsep tersebut antara lain: 

Asesmen Kompetensi Minimum 

Diharapkan setiap siswa mampu mengembangkan kemampuan literasi serta numerik yang dimiliki melalui kurikulum merdeka belajar. Tentunya dengan dasar penilaian yang dilihat dari kemampuan melakukan analisa serta berpikir kritis melalui kemampuan analisa kognitif setiap siswa. 

Survey Karakter Siswa 

Proses penilaian yang dilakukan pemerintah tidak hanya berbasis pada tingkat kualitas pendidikan di masing-masing sekolah. Namun juga infrastruktur pendidikan dan ekosistem pendidikan setiap sekolah. 

Penilaian Hasil Belajar 

Konsep berikutnya yaitu metode penilaian yang tidak hanya berdasarkan hasil ujian nasional saja. Namun juga melalui hasil portofolio dan penugasan. Hal ini karena siswa diberikan kebebasan untuk mengembangkan diri dan bakat yang dimiliki. 

Kualitas Pendidikan Yang Merata 

Merdeka belajar ini memiliki konsep yang mengedepankan keadilan dalam hal pemerataan kualitas pendidikan secara menyeluruh. Hal ini diwujudkan melalui kebijakan afirmasi maupun pemberian kuota secara khusus bagi siswa. 

Tahapan Implementasi Penerapan Kurikulum Merdeka Belajar 

Kemendikbud telah menyiapkan jalur untuk membantu tahap kesiapan setiap satuan pendidikan terkait implementasi kurikulum ini. Tiga jalur tersebut sudah disesuaikan dengan kondisi dan situasi dari masing-masing satuan pendidikan. 

  1. Mandiri Belajar: memberikan kebebasan kepada satuan pendidikan saat menerapkan kurikulum ini. Namun meskipun demikian tidak mengganti kurikulum yang sedang diterapkan pada satuan pendidikan tersebut. 
  2. Mandiri Berubah: kurikulum ini memberikan kebebasan kepada satuan pendidikan untuk menerapkan kurikulum merdeka dengan tetap menggunakan perangkat ajar yang sudah disediakan. 
  3. Mandiri Berbagi: sekolah bisa mengembangkan sendiri perangkat ajar dalam proses penerapan kurikulum ini. Jalur ini memberikan kebebasan terhadap satuan pendidikan dalam menerapkan kurikulum ini dengan pengembangan mandiri terhadap perangkat ajar yang telah digunakan. 

Merdeka belajar dianggap sebagai kurikulum yang paling aplikatif. Ini sangat cocok apabila diterapkan dalam meningkatkan pembangunan pendidikan berbasis industri 4.0. Pendidikan dengan basis industri 4.0 sepenuhnya memanfaatkan data teknologi sebagai industri masa depan. 

Tahapan penting Kebijakan Merdeka Belajar 

Terdapat tiga tahapan penting untuk mendukung sekaligus menjadi guru penggerak kebijakan Merdeka Belajar yaitu:

1. Membangun Ekosistem Pendidikan berbasis Teknologi

Ekosistem Pendidikan berbasis teknologi tidak sekedar membuat sistem pendidikan yang tidak ketinggalan zaman tetapi ditujukan supaya mendorong munculnya kreativitas, inovasi dan karakter penggerak bagi pendidik. Diharapkan para guru penggerak nantinya mampu memiliki kebebasan berpikir, keberanian bertindak serta menganalisa resiko dengan tepat. Dari karakter tersebut akan tercipta guru-guru yang mampu mendukung proses belajar anak secara merdeka.

2. Kolaborasi dengan Lintas Pihak

Kolaborasi dengan lintas pihak berarti sebagai guru penggerak kita tidak perlu takut atau ragu untuk bekerja sama dengan berbagai pihak demi mengoptimalkan kompetensi masing-masing. Kolaborasi ini dapat dilakukan dengan saling mendukung mengenai gagasan dan/atau sumber daya untuk menghasilkan inovasi dan kualitas yang terbaik.

3. Penggunaan Data dan Inovasi Teknologi sebagai Acuan Kebijakan dan Pola Pembelajaran

Pusdatin Kemendikbud telah menyiapkan sumber daya manusia dan infrastruktur terbaik untuk mendukung kebijakan pemerintah. Selain itu, kerja strategis Pusdatin juga telah diupayakan dengan perencanaan matang dan aplikasi tepat sasaran. Selanjutnya adalah tugas para pendidik untuk menggunakan data-data dan inovasi yang tersedia sebagai acuan kebijakan dan pola pembelajaran anak. Selain itu, guru juga perlu menyelipkan nilai-nilai penting bagaimana bersiap dan belajar di era data sehingga peserta didik menyadari bahwa dirinya tidak hanya perlu mengembangkan kompetensi yang ia miliki namun juga karakter yang berbudi luhur di masa depan.

Kurikulum Merdeka Belajar di Indonesia

Indonesia menerapkan kurikulum Merdeka Belajar yang sudah berjalan sejak Januari 2020. Program ini merupakan kebijakan baru Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI) yang ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Anwar Makarim. Tujuan program ini yaitu membebaskan para siswa, guru, dan sekolah dari berbagai hal yang membelenggu. 

Akan tetapi, namanya suatu program, pastinya punya kelebihan dan kekurangan tersendiri dalam proses penerapannya. Nah, untuk mengetahui lebih jelas mengenai program ini, mari kita bahas secara tuntas pada ulasan di bawah ini.

Kelebihan Merdeka Belajar

1. Sederhana tetapi lebih fokus atau mendalam

Penerapan kurikulum ini membuat murid lebih fokus pada materi yang esensial dan mengembangkan kompetensi murid. Hal ini bisa dilihat dari penyampaian bahan ajar yang tidak terburu-buru, namun mendalam dan bermakna. Pada proses pembelajaran diubah menjadi lebih menyenangkan, mendalam, dan sederhana.

2. Lebih merdeka, bebas, dan leluasa

Lebih merdeka yang dimaksud adalah lebih merdeka dalam hal pembelajaran. Murid dibebaskan untuk memilih mata pelajaran yang sesuai minat, bakat, dan aspirasnya. Jadi baik murid maupun guru dapat mengajar sesuai tahap capaian dan perkembangannya.

Contohnya pada siswa jenjang SMA nantinya tidak akan ada kelas peminatan IPA, IPS dan Bahasa. Sehingga siswa bebas memilih mata pelajaran sesuai bakat dan minatnya masing-masing siswa. Selain itu, sekolah memiliki wewenang menerapkan dan mengelola kurikulum pembelajaran sesuai dengan bakat dan minat siswa serta guru dapat mengajar sesuai perkembangan siswa dalam menerima materi pelajaran.

3. Lebih relevan dan interaktif

Kurikulum Merdeka juga mengenalkan berbagai metode pembelajaran yang dapat dipilih oleh guru sesuai dengan kapasitas muridnya. Salah satunya melalui pembelajaran berbasis proyek (project based learning). Diharapkan dengan proses pembelajaran tersebut dapat memberikan kesempatan lebih luas pada siswa agar aktif dalam mengeksplorasi isu-isu aktual yang terjadi saat ini dan dapat mendukung pengembangan karakter dan kompetensi Profil Pelajar Pancasila.

Kekurangan Merdeka Belajar

Ketika suatu kurikulum memiliki kelebihan, pasti dia juga memiliki kekurangan. Kekurangan Kurikulum Merdeka antara lain:

1. Masih perlu evaluasi dan pengkajian

Persiapan kurikulum baru ini dinilai masih belum matang. Maka dari itu, perlu pengkajian dan evaluasi yang lebih mendalam agar penerapannya efektif dan tepat.

2. Sistem belum terencana dengan baik 

Pada awal kurikulum merdeka banyak target pendidikan yang belum terencana dengan baik. Pasalnya, pada bagian prosedur pelaksanaan pendidikan dan pengajaran masih kurang pembahasan tentang cara peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Maka dari itu, kurikulum ini dinilai belum cukup sempurna untuk menjadi sistem pendidikan dan pengajaran yang terencana dengan baik.

Jika melihat prosedur pelaksanaan pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka, sistem pengajarannya masih belum membahas dengan rinci mengenai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

3. Kurangnya SDM yang cakap

Kurikulum merdeka masih perlu sosialisasi dan persiapan yang matang supaya mempunyai sistem yang terstruktur dengan baik. Selain itu, kurikulum ini juga memerlukan SDM yang matang, yaitu tenaga pendidik yang cakap agar dapat melaksanakan kurikulum dengan baik. Sayangnya, SDM yang tersedia masih kurang memadai.

Dengan diresmikannya Kurikulum Merdeka ini, tentu saja pihak pemerintah harus mensosialisasikan mengenai kurikulum baru ini dan melakukan persiapan yang matang. Selain itu guru sebagai tombak utama penerapan kurikulum ini juga harus diberikan pola pendidikan dan latihan (diklat) secara bertahap namun berkelanjutan. Memperkenalkan strategi-strategi pembelajaran yang berpihak kepada murid, meningkatkan kualitas pedagogis guru, serta mengubah pola pikir dan paradigma lama guru. Dengan demikian, Kurikulum Merdeka dapat terlaksana dengan baik.

4. Kurangnya Sosialisasi Bagi Para Guru

Perubahan kurikulum memerlukan sosialisasi kepada guru-guru yang merupakan pelaksana di lapangan. Sosialisasi harus bisa membuat semua guru memahami kurikulum baru agar penerapan kurikulum baru itu berhasil. 

Sosialisasi penting untuk memberikan pemahaman terkait tujuan, capaian yang ingin diraih, dan lain sebagainya dari kurikulum baru. Jika sosialisasi tidak berhasil, maka harapan kurikulum akan berhasil juga sangat kecil.

5. Fasilitas yang kurang memadai

Di beberapa daerah, kadang-kadang fasilitas sekolah menjadi kendala tidak berhasilnya penerapan kurikulum  baru. Sekolah di kota besar mungkin mampu memenuhi tuntutan dari perubahan kurikulum. Namun, sekolah di daerah seringkali belum siap untuk mengikuti perubahan yang ada. 

6. Persen alokasi Mata Pelajaran tingkat SMK berubah

Di kurikulum sebelumnya persen alokasi mapel umum dan mapel kejuruan sebesar 40% dan 60%. Kini, pada kurikulum merdeka alokasi mapel umum dan kejuruan menjadi 30% dan 70%. Hal tersebut berdampak pada aspek pengetahuan umum yang semakin berkurang.

Perubahan drastis seringkali membuat pencapaian kurikulum belum sesuai harapan. Pada kenyataannya, program Merdeka Belajar masih lebih banyak memiliki kekurangan daripada kelebihan. Beberapa aspek yang menjadi sorotan yakni menyangkut persiapannya, sistemnya, sumber daya manusianya yang dinilai belum matang. Hal tersebut menjadi kekurangan yang akhirnya berimbas kepada seluruh elemen pendidikan. Jadi, untuk saat ini program Merdeka Belajar belum cukup dikatan efektif, akan tetapi sudah memberikan beberapa dampak baik untuk pendidikan Indonesia. Semoga kedepannya program ini dapat mengevaluasi serta mengatasi kekurangan yang ada dan dapat mencapai tujuannya untuk pendidikan Indonesia yang lebih baik. 

Penulis: Sella Enggar Pramesti

Mahasiswa Studi Independen – Kelompok D

Vocasia – Batch #4

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *