Tanggal:15 May 2024

Hindari Gangguan Kesehatan Mental Health Saat Mengerjakan Skripsi? Berikut Tipsnya!

  Gangguan kesehatan mental adalah kondisi kesehatan yang memengaruhi pikiran, perasaan, perilaku, suasana hati, atau kombinasi diantaranya. Gangguan kesehatan mental bisa terjadi secara ringan hingga parah, yang dapat memengaruhi kemampuan seseorang dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Termasuk melakukan kegiatan sosial, pekerjaan, hingga menjalani hubungan dengan keluarga.

Kursus online belajar TOEFL PBT Vocasia

  Kondisi ini tidak jarang dialami juga oleh mahasiswa yang sedang melakukan penulisan skripsi, data menunjukkan bahwa 42,2% dari 45 mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi merasa tertekan oleh faktor internal dalam diri individu itu sendiri seperti kondisi mood yang berubah secara signifikan dan kondisi psikis lainnya. Hal tersebut tentu berdampak buruk bagi individu.

  Sebanyak 46,7% dari 45 mahasiswa yang kami wawancara merasa bahwa gangguan kesehatan mental yang mereka rasakan ketika mengerjakan skripsi berdampak pada sulitnya mengatur emosi dalam diri, sehingga emosi dan perilaku mereka cenderung menjadi tidak stabil.

  Kesehatan mental memang merupakan hal penting sebagai pondasi bagi seseorang yang bisa mempengaruhi cara seseorang dalam memandang dirinya, perilaku, tindakan, cara mengambil keputusan, berinteraksi dengan orang lain, lingkungannya, dan memahami lingkungannya.

  Nah, artikel ini akan membahas secara rinci mengenai apa itu pengertian kesehatan mental, jenis-jenis gangguan kesehatan mental, gangguan kesehatan mental pada mahasiswa skripsi, hingga tips mengatasi gangguan kesehatan mental. 

Apa itu Kesehatan Mental?

Salah Satu Gangguan Kesehatan Mental “Kecemasan” (Pexels)

  Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa kesehatan mental adalah suatu kondisi sejahtera dari mental seseorang ketika menyadari kemampuan dalam dirinya, yang mana mampu beradaptasi dengan lingkungannya dengan baik, bekerja secara produktif, dan berkontribusi dengan baik terhadap lingkungan sekitarnya. 

  Kesehatan mental meliputi kesejahteraan emosional, psikologis, dan sosial. Hal ini berpengaruh terhadap cara berpikirnya seseorang. Ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi kondisi kesehatan mental seseorang, diantaranya keturunan, trauma masa lalu, gaya hidup yang tidak sehat, dan cedera pada otak. 

  Gangguan kesehatan mental ini tidak hanya terjadi pada anak-anak dan lansia, melainkan juga pada remaja. Banyak remaja yang mengalami gangguan kesehatan mental yang diakibatkan oleh beban pikiran dan gaya hidup yang tidak sehat.

  WHO menyatakan bahwa hampir 1 miliar orang yang mengalami gangguan kesehatan mental. Setiap tahunnya ada 3 juta orang meninggal akibat oleh penggunaan alkohol dan 40 orang meninggal dunia setiap 40 detik dikarenakan bunuh diri. Kejadian tersebut diakibatkan gangguan kesehatan mental yang dapat terjadi karena stres, depresi, dan sebagainya.

  Gangguan kesehatan mental bukan suatu hal yang asing bagi kita, banyak orang yang terkena gangguan kesehatan mental, terutama dikalangan remaja. Mahasiswa tingkat akhir merupakan yang rentan mengalami gangguan kesehatan mental seperti stres yang disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya tuntutan akademik, rendahnya sikap sosial, hingga masalah pribadi.

  Dari faktor-faktor tersebut, banyak dari mereka yang tidak sadar akan tindakan atau hal sepele yang dapat mempengaruhi kesehatan mental diri mereka. Gangguan kesehatan mental tentu akan berpengaruh terhadap kinerja mahasiswa ketika menyelesaikan tugas akhir atau skripsi. Banyaknya kegiatan menjadi salah satu penyebab turunnya kesehatan mental mahasiswa, misal karena kurang bisa membagi waktu antara tanggung jawab pribadi, organisasi, hingga tuntutan akademik. 

  Selain itu, faktor sosial juga berpengaruh terhadap kesehatan mental mahasiswa, lingkungan pertemanan yang sehat biasanya menjadi motivasi tersendiri ketika menuntaskan tanggung jawab akademik mahasiswa skripsi. Sebaliknya, lingkungan pertemanan yang buruk tentu akan berdampak pada kesehatan mental individu.

  Kesehatan mental dan kesehatan fisik saling berkaitan satu sama lain, ketika individu mengalami stress kemungkinan besar akan berpengaruh terhadap kesehatan fisik, begitu juga sebaliknya. Kondisi tersebut terkadang sulit disadari oleh kebanyakan mahasiswa ketika menjalani kegiatan perkuliahan, kelelahan pikiran akan membebani mahasiswa dan bisa menjadi penyebab mahasiswa mengalami stress dan gangguan kesehatan mental lainnya.

  Menurut penelitian Stuart , pemicu kecemasan tinggi pada mahasiswa adalah beban ujian proposal esai dan penilaian akhir esai, menulis esai merupakan salah satu stressor yang dialami mahasiswa yang mengakibatkan perubahan fisik dan psikis, faktor penyebab kecemasan tinggi juga dipengaruhi oleh judul penulisan yang sulit, kesulitan dalam mencari referensi, kurangnya minat mahasiswa dalam penelitian, dan ketidakmampuan mahasiswa untuk mengungkapkan ide secara tertulis.

  Gangguan kesehatan mental pada mahasiswa juga bisa diakibatkan oleh tuntutan dari orang sekitar maupun diri sendiri untuk menyelesaikan studi dan persyaratan untuk lulus tepat waktu. Mereka juga dituntut harus lebih dewasa dalam berpikir, bertindak, dan berperilaku, yang menyebabkan kesulitan yang dihadapi berkembang menjadi emosi negatif.

  Akhirnya mengarah pada ketegangan, depresi, dan stress. Gangguan kesehatan mental tersebut tentu berpengaruh terhadap kinerja mahasiswa yang kurang maksimal ketika menyelesaikan skripsi. Tubuh yang sehat tidak hanya dilihat dari fisiknya saja, melainkan juga dari mentalnya, lho! Kesehatan mental sendiri merupakan kesehatan yang sangat berkaitan erat dengan suasana hati, pikiran, dan perilaku.

  Jika terdapat masalah di salah satu aspek tersebut, maka bisa dikatakan bahwa seseorang mengalami gangguan mental yang menyebabkan orang tersebut tidak bisa menjalani harinya secara normal. Gangguan mental bisa menyerang siapa saja, selain itu, banyak jenis gangguan mental yang menyerang berbagai kalangan masyarakat dunia. 

  Gangguan kesehatan mental menjadi salah satu penyakit yang mempengaruhi emosi, pola pikir, dan perilaku penderitanya. Sama halnya dengan penyakit fisik, penyakit mental juga ada obatnya. Terdapat banyak jenis dari gangguan kesehatan mental yang mempunyai ciri dan metode pengobatan yang berbeda. 

  Ada beberapa yang hanya memerlukan terapi percakapan saja, dan ada juga yang perlu mengkonsumsi obat secara berkala hingga rutin melakukan terapi. Setiap jenis gangguan kesehatan mental mempunyai berbagai macam faktor penyebabnya, apa saja jenis dari gangguan kesehatan mental ya? Simak penjelasan berikut ini.

Jenis – Jenis Gangguan Kesehatan Mental Health

  Masalah mahasiswa tidak hanya seputar akademis maupun sosial, tetapi juga soal kesehatan mental. Gangguan kesehatan mental pada mahasiswa kerap kali muncul karena adanya tuntutan untuk mulai hidup mandiri dan dapat mengatur segala sesuatunya sendiri. Nah, apa saja masalah kesehatan mental yang mungkin muncul pada golongan mahasiswa ini dan bagaimana cara mengatasinya? Simak penjelasan berikut ini!

1. Gangguan Kecemasan (Anxiety Disorders)

  Keluhan yang dirasakan pertama kali adalah rasa cemas yang berlebihan, dimana penderita merasa khawatir dan ketakutan secara terus menerus. Kondisi ini bisa dialami siapa saja dengan kondisi yang dirasakan. Gangguan kecemasan merupakan gangguan mental yang membuat penderitanya merasa cemas atau takut secara berlebihan dan terus menerus dalam menjalani aktivitas sehari-hari.

  Penderita gangguan kecemasan dapat mengalami serangan panik yang berlangsung lama dan sulit dikendalikan. Penderita gangguan kecemasan umum juga tidak bisa mengatakan hal apa yang dicemaskan dan banyak kasus buruk yang terjadi ketika penderita tidak bisa meredakan kecemasan yang dirasakannya sehingga memunculkan tekanan akademis pada mahasiswa dan kehidupan sosial. 

  Terdapat beberapa contoh seseorang mengalami gangguan kecemasan, ada mahasiswa yang sedang menjalani skripsi, ia merasa dirinya belum menemukan hal ide inovasi baru untuk memulai penelitian skripsi. Namun, ketika melihat lingkungan sekitar pada teman-temannya yang sudah memulai penulisan skripsi dengan proses yang sudah cukup jauh,  ia merasakan cemas dan takut akan ketinggalan dan tidak bisa mengerjakan skripsi tersebut.

  Hal ini membuat seorang mahasiswa itu mengalami rasa cemas dan menghambat saat pengerjaan skripsi. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu mahasiswa yang sedang menjalani skripsi “gangguan kecemasan menjadi salah satu hal penting yang seringkali menyebabkan mahasiswa mengalami gangguan kesehatan mental dan menghambatkan pengerjaan skripsi segera selesai” Ungkap Siti Nurhaliza (17/11/2022).

Baca Juga:https://vocasia.id/blog/overthinking-adalah/

2. Gangguan Bipolar  (Mood Disorders)

  Gangguan bipolar adalah jenis gangguan mental yang ditandai dengan perubahan suasana hati. Penderita gangguan bipolar dapat merasa sangat sedih dan putus asa dalam periode tertentu, kemudian menjadi sangat senang dalam periode yang lain.

  Gangguan bipolar sendiri merujuk pada gangguan mental yang membuat penderitanya merasakan perubahan suasana hati, energi, dan menurunnya kemampuan otak untuk berpikir. Penderita penyakit ini kemudian akan merasakan suasana hati yang tiba-tiba meledak, tetapi juga tiba-tiba menurun.

  Sebagai contoh, terdapat mahasiswa yang sedang menjalani skripsi, tapi merasakan gangguan bipolar yang dimana mengalami perubahan suasana hati sehingga memunculkan rasa emosi yang sulit untuk dikontrol. Dengan begitu, akan menurunkan kemampuan berpikir sehingga terhambatnya proses pengerjaan skripsi yang sedang dijalani.

3. Gangguan Kepribadian (Personality Disorders)

  Personality disorder adalah gangguan terhadap kepribadian seseorang dan membuatnya memiliki pola pikir, perasaan, atau perilaku yang sangat berbeda dengan kebanyakan orang. Jenis gangguan kepribadian antara lain borderline personality disorder, yaitu perubahan suasana hati yang intens, ketakutan akan ditinggalkan, perilaku impulsif dan tidak stabil.

  Gangguan lainnya adalah antisocial personality disorder yang membuatnya seperti mengabaikan perasaan atau kebutuhan orang lain, memanipulasi orang lain untuk kepentingan dirinya, tidak merasa bersalah atas tindakan buruk yang dilakukan, dan sebagainya.

4. Gangguan Makan  (Eating Disorders)

  Gangguan Kesehatan pada pola makan terjadi akibat kehilangan kontrol atas kuantitas makanan yang dikonsumsi, antara terus menerus atau tanpa tidak sama sekali. Eating disorder adalah penyakit serius dan sering kali fatal akibat gangguan parah pada perilaku makan seseorang. 

  Gangguan paling umum adalah anoreksia (menganggap diri kelebihan berat badan padahal tidak), bulimia nervosa (makan dalam jumlah besar yang kemudian dikeluarkan secara paksa misalnya muntah), dan binge-eating (makan berlebihan dan sulit dihentikan). 

  Gangguan Kesehatan mental ini sering terjadi pada setiap orang, ketika sudah padat dengan aktivitas ada yang terus menerus konsumsi makanan tanpa dibatasi, dan ada yang tidak makan sama sekali karena merasa capek dengan kesibukannya.

4. Gangguan Tidur

  Gangguan tidur merupakan perubahan pada pola tidur yang sampai mengganggu kesehatan dan kualitas hidup penderitanya. Beberapa contoh gangguan tidur adalah sulit tidur (insomnia), mimpi buruk (parasomnia),  atau sangat mudah tertidur (narkolepsi).

  Insomnia, yang membuat kamu kekurangan waktu istirahat, dikenal memiliki dampak buruk pada fungsi kognitif. Kurang tidur atau istirahat membuat otak kamu terasa lelah sehingga mengakibatkan sulit berkonsentrasi dan berpikir dengan baik. Sebaiknya atur waktu belajar dengan baik agar terhindar dari insomnia.

  Salah satu contoh, ada seorang mahasiswa yang sedang menjalani skripsi, dengan pikiran yang terus berjalan membuat kurangnya rasa kepedulian terhadap tubuhnya sendiri, sehingga kesehatan tubuhnya kurang stabil karena imun yang menurunkan kurang istirahat. 

  Seperti yang diungkapkan salah satu mahasiswa yang sedang menjalani skripsi mengatakan “ gangguan kesehatan mental health yang dialami mahasiswa akhir paling umum berada pada di pola makan dan pola tidur yang mengakibatkan kondisi kesehatan tubuh terganggu sehingga pengerjaan skripsi sedikit terhambat” Ungkap Siti Nurhaliza (17/11/2022).

5. Gangguan Psikosomatis

  Jenis gangguan kesehatan mental ini memunculkan masalah fisik dari cara berpikirnya sendiri. Gangguan ini mengalami gejala awal dari rasa cemas, gelisah, stres, sampai depresi. Gangguan ini tidak dialami orang dewasa saja, melainkan juga anak-anak dapat mengalaminya. 

  Masalah fisik yang dimaksud sering muncul dari gangguan ini, seperti mudah lelah, nyeri pada otot, sesak napas, hingga telapak tangan yang berkeringat. Namun, terkadang seseorang merasakan cemas yang berlebihan walaupun keluhan tersebut kelihatan sangat ringan. Dengan begitu, kamu dapat pergi ke psikiater untuk bisa saling share terutama tentang kesehatan mental health. 

6. Skizofrenia

  Skizofrenia adalah gangguan mental yang menimbulkan keluhan halusinasi, delusi, serta kekacauan berpikir dan berperilaku. Skizofrenia membuat penderitanya tidak bisa membedakan antara kenyataan dengan pikirannya sendiri.

7. Gangguan Psikotik (Psychotic Disorders)

  Gangguan psikotik termasuk gangguan jiwa parah yang menyebabkan munculnya pemikiran dan persepsi yang tidak normal, misalnya penyakit skizofrenia. Gejala paling umum dari gangguan ini adalah halusinasi (mendengar, melihat, atau merasakan sesuatu yang tidak ada), serta delusi (mempercayai hal-hal yang sebenarnya tidak terjadi).

8. Obsessive-Compulsive Disorder (OCD)

  Obsessive-compulsive Disorder atau yang biasa dikenal dengan OCD adalah salah satu gangguan mental yang membuat penderita melakukan sesuatu secara berlebihan. Para penderita OCD dikatakan sadar akan keinginannya untuk melakukan sesuatu secara berlebihan, namun tidak bisa menghentikannya dengan mudah. Penderita gangguan kesehatan ini akan melakukan hal tersebut berulang kali agar pikirannya lebih tenang dan aman.

9. Depresi

  Depresi merupakan gangguan suasana hati yang menyebabkan penderitanya terus-menerus merasa sedih. Berbeda dengan kesedihan biasa yang berlangsung selama beberapa hari, perasaan sedih pada depresi bisa berlangsung hingga berminggu-minggu atau berbulan-bulan.

  Depresi yang dibiarkan dan tidak diobati bisa berujung pada resiko bunuh diri. Kasus bunuh diri yang dilakukan oleh mahasiswa di Indonesia juga cukup banyak. Rata-rata mereka tertekan karena persoalan akademis dan sosial. Sebuah riset dari American Psychological Association menyatakan bahwa kasus gangguan mental pada mahasiswa naik hingga 10% dalam 10 tahun terakhir. 

  Kemudian, ada banyak hal yang menjadi penyebab mahasiswa terkena depresi antara lain kurangnya manajemen waktu diluar perkuliahan dan di waktu perkuliahan. Selain itu, persaingan yang semakin ketat dalam perkuliahan sehingga membuat mereka tidak percaya diri akan kemampuan dan mindernya.

10. ADHD

  Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah gangguan yang terjadi pada otak dan dapat mengganggu fungsi dan perkembangan otak. Nah, kondisi ini bisa dipicu oleh tuntutan dan tekanan selama kuliah, sehingga gejala ADHD pada remaja akan semakin sulit dikendalikan.

  Luangkan waktu ditengah aktivitas sebagai mahasiswa untuk berolahraga. Tidak ada salahnya sesekali meluangkan waktu dengan teman-teman untuk beristirahat sejenak dengan berkumpul dan melakukan aktivitas yang menyenangkan. Tidak hanya kesehatan fisik yang diperlukan untuk menjadi seorang mahasiswa, kesehatan mental nyatanya diperlukan untuk mewujudkan cita-cita kamu. 

Penyebab Terjadinya Gangguan Kesehatan Mental

  Mahasiswa semester akhir, rentan mengalami gangguan kesehatan mental di saat mereka sibuk menjalani pengerjaan tugas akhir atau skripsi. Hal ini tidak terlepas dari penyebab-penyebab yang bisa membuat gangguan kesehatan mental pada mahasiswa semester akhir. 

  Lalu, apa saja sih yang menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan mental tersebut? Ada dua faktor penyebab terjadinya gangguan mental, yaitu faktor internal dan eksternal.

1. Faktor Internal

  Faktor internal merupakan faktor masalah yang berasal atau bersumber dari diri sendiri. Faktor internal ini antara lain, kepribadian, kondisi fisik, kondisi psikologis, keberagamaan, sikap menghadapi problema hidup, kebermaknaan hidup, dan keseimbangan dalam berpikir. 

  Faktor internal ini sering kali dijumpai sebagai penyebab gangguan kesehatan mental pada mahasiswa menjalani skripsi. Faktor internal cenderung mudah diatasi karena faktor berasal dari diri sendiri sehingga lebih mudah mengetahui apa saja penyebabnya dan bagaimana cara mengatasinya.

2. Faktor Eksternal

  Faktor eksternal berbanding terbalik dengan faktor internal. Faktor eksternal merupakan faktor yang berada di luar diri seseorang yang dapat mempengaruhi mental seseorang. Faktor eksternal merupakan faktor masalah yang timbul dari lingkungan sekitar, seperti teman, keluarga, dosen pembimbing, dan organisasi.

  • Teman

  Faktor eksternal pertama yang menjadi penyebab adanya gangguan mental pada mahasiswa skripsi yaitu teman. Teman adalah orang yang berada di sekitar diri kita, yang bisa diajak bercakap, bertukar pikiran, dan menemani kita. Teman menjadi faktor penting bagi seorang mahasiswa yang sedang menjalani skripsi. 

  Dukungan teman  menjadi salah satu motivasi dan membentuk identitas diri seseorang dalam melakukan sosialisasi. Teman dalam pergaulan kadang kala menjadi salah satu sumber informasi yang cukup signifikan dalam membentuk sikap dan perilaku. 

  Pada saat ini lah peran teman sangat dibutuhkan.  Memiliki teman yang suka kejar target, membuat diri kita termotivasi untuk mengikutinya. Namun, hal tersebut terkadang juga membuat diri merasa minder dan overthinking sehingga dapat menyebabkan gangguan mental tersendiri. Di sisi lain, memiliki teman yang terlalu santai dan cuek juga menjadi permasalahan tersendiri. Hal tersebut akan membuat diri merasa malas, terlalu menyepelekan, hingga mengabaikan pengerjaan skripsi.

  • Keluarga

  Keluarga merupakan tempat terbentuknya kepribadian seorang anak. Dukungan dari keluarga, terutama orang tua menjadi salah satu keberhasilan seorang mahasiswa dalam menyelesaikan skripsinya. Pada momen ini lah peran keluarga menjadi bagian terpenting bagi mahasiswa. 

  Tidak adanya dukungan dari keluarga akan membuat mahasiswa malas atau sukar dalam menyelesaikan skripsi. Selain itu, berbagai masalah yang ada di dalam keluarga juga akan mempengaruhi mental mahasiswa dalam menyelesaikan skripsi. Oleh sebab itu, kamu sebagai orang tua atau keluarga harus mendukung secara penuh agar seorang mahasiswa dapat menyelesaikan skripsi dengan lancar.

  • Dosen Pembimbing

  Dosen pembimbing menjadi salah satu penentu kelancaran mahasiswa dalam mengerjakan skripsi. Selain itu, dosen pembimbing juga berpengaruh bagi kesehatan mental mahasiswa. 

  Hubungan antara mahasiswa dengan dosen pembimbing bertujuan untuk membantu mahasiswa dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi saat mengerjakan skripsi. Banyak tipe dosen pembimbing yang sering dijumpai. Dosen pembimbing yang perfeksionis, killer, atau bahkan plin-plan banyak diresahkan oleh para mahasiswa. 

Baca Juga:https://vocasia.id/blog/tips-bimbingan-skripsi/

  Hal ini lah yang menjadi penyebab terjadinya gangguan mental bagi mahasiswa menjalani skripsi. Jika kamu salah satu mahasiswa yang menemui tipe dosen pembimbing seperti itu, tentu akan merasakan kecemasan, overthinking, atau bahkan ketakutan.

  • Organisasi

  Organisasi ternyata juga menjadi salah satu penyebab terjadinya gangguan kesehatan mental pada mahasiswa yang sedang menjalani skripsi, lho. Mahasiswa pada jenjang semester akhir, seharusnya tidak disibukkan lagi oleh urusan organisasi karena harus fokus pada pengerjaan tugas akhir atau skripsi. Mahasiswa yang masih saja sibuk dalam urusan organisasi, dengan mudah kesehatan mental mereka juga terganggu.

  Mereka akan kesulitan membagi waktu antara tanggung jawab organisasi dan skripsi. Hal tersebut akan memberi pengaruh pada kesehatan mental, baik secara emosi, pola pikir, dan kesehatan fisik. Faktor eksternal ini cenderung lebih susah untuk diatasi dibanding faktor internal. Pasalnya, faktor eksternal berasal dari luar diri sehingga kita tidak tahu bagaimana problema terbentuk.

Penyebab dan Dampak Tekanan Mental Saat Mengerjakan Skripsi

Gangguan Kesehatan Mental Pada Mahasiswa Skripsi

Mahasiwa Sedang Mengerjakan Skripsi Karena Merasa Cemas Overthingking Terhadap Lingkungan (photo by:pribadi)

  Gangguan mental merupakan salah satu hal yang tidak bisa disepelekan. Justru dengan adanya orang yang memiliki masalah kesehatan mental, perlu diperhatikan dengan serius. Hal ini karena bisa saja menjadi penyebab seseorang tidak mengenal dirinya sendiri. Entah melalui perilaku, tindakan, interaksi dengan orang lain, cara mengambil keputusan, dan memahami lingkungan.

  Salah satu orang yang berpotensi untuk mengalami gangguan mental yaitu mahasiswa, khususnya pada mahasiswa tingkat akhir. Beberapa gangguan mental yang dialami mahasiswa tingkat akhir dapat terindikasi melalui dua macam, yaitu dampak ringan dan dampak berat. 

1. Dampak Ringan Gangguan Mental Pada Mahasiswa

Gangguan mental yang termasuk dalam dampak ringan yaitu stres. Stres sendiri diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu stres baik dan stres buruk.

  • Stres baik

  Merupakan jenis stres yang membuat seseorang lebih termotivasi kepada hal-hal yang positif. Misalnya saat seorang mahasiswa tingkat akhir sedang mengerjakan skripsi, ia akan terus termotivasi untuk menyelesaikannya. Karena menurut pemikirannya, skripsi merupakan sebuah ketakutan yang harus segera diselesaikan agar tidak menghantuinya secara terus menerus.

  • Stres buruk

  Yaitu suatu dampak kesehatan mental mahasiswa tingkat akhir yang membuat mereka stres karena menganggap skripsi merupakan pressure, sehingga ia merasa tidak kuat saat mengerjakan skripsi. Hal ini juga berdampak pada keseharian mereka seperti tidak teraturnya pola makan, sulit mengatur waktu tidur, dan skripsi yang mangkrak.

2. Dampak Ringan Gangguan Mental Pada Mahasiswa

  Ada satu lagi dampak yang bisa terjadi pada mahasiswa tingkat akhir dan berpengaruh dalam kesehatan mental nya mahasiswa yang mengalami dampak berat dalam menjalankan skripsi. Beberapa diantaranya yaitu burnout yang dapat menyebabkan depresi.

  Contoh bentuk depresi yang dialami oleh mahasiswa tingkat akhir yang mengerjakan skripsi yaitu gelisah, overthinking, panik, dan lain sebagainya. Jika hal ini dibiarkan begitu saja maka akan semakin memperkeruh keadaan. Di satu sisi skripsi tidak bisa terselesaikan dengan baik, di sisi lain kesehatan mental yang semakin memburuk. 

  Oleh karena itu, jika mahasiswa tingkat akhir mengalami gejala seperti ini lebih baik berkonsultasi kepada psikiater. Beberapa hal yang bisa dikonsultasikan untuk memahami gejala gangguan mental pada mahasiswa meliputi tuntutan yang dialami seperti batas waktu kumpulan skripsi, revisi yang tak kunjung kelar, faktor dosen pembimbing, ditambah tuntutan dari luar seperti keluarga dan karir.

  Berikut beberapa contoh perilaku yang dialami beberapa mahasiswa tingkat akhir yang sedang mengerjakan skripsi yaitu:

– Berpikir berlebihan atau overthinking. Overthinking bisa muncul dari diri sendiri karena berekspektasi pada keadaan yang terlalu tinggi, padahal belum mengerjakan mencoba mengerjakan sama sekali. Inilah yang bisa membuat mahasiswa tingkat akhir merasa tertekan pada saat mengerjakan skripsi.

– Sulitnya mengatur emosi saat mengerjakan skripsi. Tak jarang mahasiswa lebih merasa sensitif atau lebih perasa daripada biasanya, entah itu mudah marah atau sedih. Misalnya saat ditengah mengerjakan skripsi, ia tiba-tiba berteriak atau menangis karena capek dan merasa tidak kuat. Oleh karena sifat yang lebih perasa ini, mahasiswa tingkat akhir mudah merasa tersinggung oleh perkataan orang lain.

3. Faktor lingkungan yang menuntut mahasiswa agar segera menyelesaikan skripsi, hal ini berarti positif dan negatif.

  Sisi positifnya, mahasiswa bisa termotivasi untuk mengerjakan skripsi. Namun disisi lain, kita harus bisa berpikir bahwa semua orang memiliki kecepatan sendiri-sendiri. Maka tidak bisa dibandingkan dengan kecepatan orang lain dalam mengerjakan skripsi. Hal inilah yang menyebabkan mahasiswa merasa insecure.

4. Tuntutan karir, yang merupakan tingkat lanjutan setelah mahasiswa lulus di bangku perkuliahan.

  Bisa jadi, karir merupakan salah satu tekanan yang dialami mahasiswa yang tak kunjung menyelesaikan skripsi.

5. Beratnya tanggungan skripsi, justru membuat beberapa mahasiswa malah malas dan menunda-nunda untuk mengerjakannya.

  Hal ini dikarenakan mereka bingung harus memulai mengerjakan dari mana. Selain itu, mereka merasa jenuh dengan banyaknya hal yang yang harus dikerjakan saat skripsi. Oleh karena itulah, mereka memilih untuk tidak mengerjakannya atau menunda agar tidak menambah beban pikiran.

  Beberapa dari mereka justru mengerjakan skripsi pada saat mendekati batas akhir waktu pengumpulan. Dengan begitulah mereka akan termotivasi untuk segera menyelesaikan skripsi. Namun, motivasi ini merupakan motivasi yang tidak baik karena bisa berpengaruh terhadap hal lain seperti pola makan, tidur, dan mental.

  Berapa poin di atas merupakan contoh keadaan yang yang dialami oleh mahasiswa tingkat akhir. Dan tentunya, hal ini berbeda sekali dengan keadaan mereka pada saat menjadi mahasiswa baru yang juga akan mempengaruhi kesehatan mental mereka. 

Tips Mengatasi Gangguan Kesehatan Mental Health

Melakukan Pengerjaan Skripsi Dengan Meditasi Merasakan Kenyamanan Saat Mengerjakan Skripsi (photo by: pribadi)

  Demi meningkatkan kesejahteraan jiwa memelihara kesehatan fisik saja tidak cukup. Kesehatan mental juga perlu diprioritaskan dengan baik karena kesehatan mental mempengaruhi pemikiran, suasana hati, dan perilaku orang tersebut. Selain itu, kesehatan mental juga sangat penting berperan sebagai kemampuan diri sendiri untuk mengelola perasaan dan menghadapi kesulitan sehari-hari.

  Dengan menjaga kesehatan mental seseorang akan merasakan dampak positif yang dirasakan seperti  suasana hati yang membaik, membangun ketahanan, dan membantu menikmati hidup secara keseluruhan. Ada banyak cara sederhana yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kualitas kesehatan mental. Bagi kamu yang mudah stres ataupun gangguan kecemasan, di bawah ini ada beberapa cara yang bisa diterapkan untuk membantu menjaga, menguatkan, serta memperbaiki kesehatan mental.

1. Lakukan Meditasi

  Meditasi adalah salah satu bentuk latihan untuk memusatkan dan menjernihkan pikiran, sehingga kamu bisa merasa lebih tenang, nyaman, dan produktif. Maka dari itu, sisihkanlah waktumu untuk bermeditasi karena hal ini sangat penting untuk kesehatan mental kamu agar kamu fokus dan mampu menjalani hari yang penuh hiruk pikuk ini.

2. Mindfulness

  Menurut Germer, Siegel, dan Fulton (2005) mendefinisikan mindfulness sebagai bentuk perhatian penuh pada kondisi saat ini dan bisa menerimanya dengan penuh kesadaran. Dalam artian menyadari sepenuhnya apa yang sedang terjadi dan bisa mengalihkannya pada pengalaman lain.

  Contoh sederhana seperti mandi, makan siang, atau berjalan pulang. Memberi perhatian pada sensasi fisik, suara, bau, atau rasa dari pengalaman ini membantu kamu untuk fokus. Ketika pikiran kamu terbang melayang hingga menyebabkan kamu overthinking maka bawa saja kembali ke apa yang kini kamu tengah lakukan.

3. Ucapkan Kalimat Positif

  Penelitian menunjukkan bahwa cara kamu berpikir tentang diri sendiri dapat memiliki efek yang kuat pada kejiwaan kamu. Ketika kita memandang diri kita dan hidup kita secara negatif, maka kita juga merasakan efek negatifnya. Sebaliknya, jika membiasakan diri menggunakan kata-kata yang membuat lebih positif, hal ini membuat kamu lebih optimis.

4. Mengonsumsi Makanan Yang Sehat

  Menjaga kesehatan fisik juga merupakan salah satu cara memperbaiki kondisi mental. Sebab, kondisi fisik tak bisa dipisahkan dari keadaan jiwa. Oleh karena itu, pastikan kamu selalu makan makanan bergizi setiap hari, perbanyak konsumsi buah dan sayur, dan cukupi kebutuhan cairan. Kamu juga perlu menghindari makanan cepat saji, makanan yang terlalu manis, dan berhenti mengkonsumsi alkohol atau rokok.

5. Olahraga

  Tubuh akan melepaskan endorfin yang membantu menyingkirkan stres dan meningkatkan suasana hati kamu sebelum dan sesudah berolahraga. Itulah sebabnya olahraga adalah cara penangkal stres, kecemasan, dan depresi yang ampuh. Berbagai macam olahraga dapat membantu menurunkan stress dan gangguan kecemasan, sehingga kamu tidak harus melakukan olahraga yang berat untuk membuat tubuh rileks. 

  Olahraga yang mudah dan sederhana dapat kamu lakukan, seperti berjalan, berlari, bersepeda, berenang, yoga, tai chi, dan sebagainya. Namun, yang terpenting adalah melakukannya dengan rutin dan teratur, maka tubuh akan terbiasa dengan hal tersebut. Cobalah melakukan olahraga yang kamu sukai. Selain akan membuatmu nyaman ketika melakukannya, mood dan emosi akan lebih mudah terkontrol sehingga stres pun menurun.

6. Tidur Yang Cukup

  Sejumlah besar penelitian menunjukkan bahwa kurang tidur memiliki efek negatif yang signifikan pada suasana hati. Coba tidur pada waktu yang teratur setiap hari. Hindari bermain gadget sebelum waktu tidur dan membatasi minuman berkafein untuk pagi hari. Kualitas tidur yang baik membutuhkan waktu 6-8 jam perhari.

7. Batasi Gangguan Gadget

  Kebiasaan scrolling di media sosial menggunakan gadget secara berlebihan dapat mempengaruhi kesehatan mental. Dampaknya, kamu jadi membandingkan diri sendiri dengan orang lain dan cenderung memunculkan berbagai pikiran negatif lainnya. Oleh karena itu, mulai batasi diri dalam menggunakan ponsel. Letakkan ponsel di malam hari, setidaknya satu jam sebelum waktu tidur.

Hal Yang Perlu Diterapkan Ketika Stress Mengerjakan Skripsi

Tips Mengatasi Tekanan Mental Saat Mengerjakan Skripsi

  Bagi kamu mahasiswa semester akhir, pasti disibukan dengan pengerjaan skripsi. Mulai dari mempertimbangkan judul penelitian, mencari dosen pembimbing yang paling cocok untuk topik yang akan diambil, menghubungi narasumber yang mau diwawancarai, sampai mengumpulkan data yang diperlukan untuk menyelesaikan skripsi itu sendiri.

  Kegiatan tersebut menjadi tantangan bagi kamu yang harus mengeluarkan banyak tenaga dan menguras pikiran, hingga menjadikanmu tertekan. Belum lagi perasaan cemas menghampiri dan perlahan akan meningkat ketika melihat teman-teman satu angkatan sudah mulai lulus satu per satu. Terkadang kita merasa, progress skripsi milik orang lain terlihat sangat cepat, sementara progress skripsi kita rasanya masih begini-begini saja. 

  Selain itu, tingkat kepercayaan diri juga akan menurun, sehingga tak jarang mahasiswa menyerah dan kalah dengan stresnya. Hal ini tidak boleh dibiarkan, seperti yang telah disinggung sebelumnya stres dan cemas merupakan salah satu gangguan kesehatan mental yang perlu diatasi. 

  Dengan gangguan kesehatan mental yang buruk akan menghambat progres pengerjaan skripsimu. Dengan begitu, kamu harus menerapkan beberapa hal yang membuat kualitas kesehatan mentalmu terjaga, supaya kamu mampu mengatasi kejenuhan, stres dan menghindari keinginan menyerah dalam mengerjakan skripsi. Berikut ini beberapa cara yang dapat dilakukan agar saat mengerjakan skripsi tetap menyenangkan.

1. Menentukan Skala Prioritas (To do list)

  Salah satu faktor yang membuat skripsi terhambat adalah manajemen waktu yang buruk. Untuk mengatasi masalah ini adalah kamu harus membuat jadwal atau timeline pengerjaan skripsi secara terstruktur dan rinci. Tulis dan urutkan yang harus diselesaikan setiap minggu dan setiap bulan. 

  Jika di hari yang sama kamu disibukan dengan kegiatan lain, prioritaskanlah kegiatan yang paling penting dan mendesak, dan tinggalkanlah aktivitas yang menurutmu kurang penting dan kamu bisa menunda sementara waktu kegiatan penting lainnya yang tidak mendesak. Maka dari itu kamu harus membuat rencana to do list.

  Lalu, bagaimana cara paling efektif dalam membuat rencana pengerjaan skripsi yang rutin dan terstruktur, tetapi tetap memperhatikan kesehatan mental? Jawabannya adalah, buat to do list pengerjaan skripsi yang sederhana. Cukup buat list pekerjaan yang ringan dan mudah dikerjakan, sehingga kamu yakin akan mengerjakan semuanya tanpa merasa keberatan. 

  Kuncinya adalah, tulis dan lakukan semua list secara rutin dan konsisten. Jangan lupa juga untuk merencanakan kegiatan refreshing di sela-selanya. Dengan menulis rencana secara rinci dan terstruktur, kamu akan termotivasi untuk menyelesaikan target tersebut dengan baik.

2. Atur Target Secara Spesifik

  Jika kamu berpikir bahwa mengerjakan skripsi dalam satu hari penuh akan efektif, justru malah membuatmu merasa stres. Lebih baik kamu mencicilnya sedikit demi sedikit. Maka dari itu salah satu tips menghindari stress pada saat skripsi adalah dengan mengatur goals secara spesifik. Sebagai contoh, di hari ini kamu membaca referensi penelitian dari jurnal atau buku, kemudian keesokan harinya kamu mulai mengerjakan latar belakang. 

  Kamu juga bisa menggunakan target mingguan, misalnya minggu pertama fokus mengerjakan BAB 1, kemudian di minggu berikutnya kamu fokus mengerjakan BAB berikutnya. Sesuaikan saja dengan target yang kamu bisa, dengan begitu mengerjakan skripsi tidak akan terasa berat.

3. Jangan Mengharapkan Hasil Yang Sempurna

  Baru menulis sepatah dua kata saja langsung dihapus, pernahkan begitu? Jangan terlalu berpikir banyak akan seperti apa hasil skripsinya. Jika kamu merasa kalimat jelek atau kurang tepat dan terus saja begitu, sampai skripsi yang kamu buat tidak ada progres. Jika hal seperti itu terjadi, mulai saja dulu dengan membuat rangkaian kata yang terlintas dipikiran kamu.

  Kalau kamu mengharapkan hasil yang sempurna, pasti skripsimu tak kunjung selesai. Jangan membaca atau mengoreksi saat kamu sedang menulis karena nantinya bisa menghambat proses dalam menulis skripsi. Baca tulisanmu saat kamu sudah selesai menulis. Setelah itu, barulah perbaiki jika ada kata yang kurang pas, kalimat yang terasa aneh, ejaan yang salah, atau tanda baca yang keliru.

Baca Juga:https://vocasia.id/blog/penelitian-eksperimen-untuk-skripsi-tesis-dan-disertasi/

4. Beri Jeda Untuk Beristirahat dan Lakukan Hobi

  Jangan lupa bahagia di tengah-tengah pengerjaan skripsi. Jika kamu lelah dan merasa mumet tetap sayangi dirimu dan alihkan tekanan itu dengan melakukan sesuatu yang kamu sukai. Misalnya, menonton film, menari, menyanyi  membaca novel, bersepeda, pergi ke mall, bermain bulutangkis dan sebagainya. 

  Dengan melakukan hobi tentunya kamu akan merasa senang bukan. Selain itu, melakukan hal yang kamu nikmati, otak akan merilis hormon bahagia yang disebut endorfin sehingga kamu jadi lebih semangat dan produktif saat mengerjakan skripsi.

5. Lakukan Aktivitas Fisik

  Situasi yang stressful serta penuh dengan tekanan akan meningkatkan produksi hormon stres adrenalin dan kortisol di dalam tubuh. Latihan fisik atau olahraga dapat digunakan sebagai pengganti untuk metabolisme hormon stress mengerjakan skripsi yang berlebihan tersebut. Setelah metabolisme terjadi, tubuh dan pikiran akan menjadi lebih tenang dan rileks dalam menghadapi sesuatu.

  Ketika merasa stres, tertekan, dan jenuh saat mengerjakan skripsi, cobalah untuk berjalan-jalan dan menghirup udara segar. Kamu bisa mencobanya dengan melakukan aktivitas fisik ke dalam rutinitas harian mu secara teratur. Misalnya, sebelum atau sesudah mengerjakan skripsi, atau setelah makan pagi. Terlebih lagi, aktivitas fisik yang teratur juga akan meningkatkan kualitas tidurmu.

6. Jaga Kualitas Tidur

  Mahasiswa tingkat akhir sudah tidak asing lagi bukan dengan yang namanya begadang? Sudah hal yang lumrah di kalangan mahasiswa untuk mengerjakan skripsi di malam hari, lantas lanjut hingga pagi hari. Namun akibatnya, tidur kurang berkualitas dan jumlah jam tidur pokok tidak terpenuhi. Tahukah kamu bahwa kekurangan jam tidur adalah salah satu penyebab utama stres?

  Untuk mengatasi rasa stres tersebut, cobalah untuk merelaksasikan diri sebelum tidur. Pastikan kamar tidur dalam keadaan yang nyaman dan terhindar dari hal-hal yang mengingatkanmu pada rasa stres mengerjakan skripsi. Hindari mengkonsumsi kafein di sore hari yang dapat mempengaruhi keinginan untuk tidur.

  Sebisa mungkin, jauhi pekerjaan yang melelahkan mental di malam hari agar badan dan otak rileks saat akan tidur. Cobalah untuk mandi dengan air hangat, membaca buku, atau hal lainnya yang dapat menenangkan pikiran. 

  Istirahatkan mata, lupakan hal-hal yang selama ini membuatmu merasa cemas, misalnya skripsi. Tidurlah dalam waktu yang rutin di setiap harinya, agar tubuh memiliki jam yang pasti dan rutin untuk beristirahat. Jangan sepelekan masalah tidur.

7. Selalu Berpikir Positif

  Cara mengelola stres skripsi yang terakhir yaitu menghindari pikiran negatif sehingga cobalah untuk selalu positif atau optimis. Jika kamu  terbiasa berpikiran optimis maka, respon otak yang terbiasa akan hal tersebut akan memberikan perasaan bahagia sehingga terhindar dari rasa cemas dan stres. Kamu pun dapat menjalani hari dengan lebih percaya diri.

Baca Juga:https://vocasia.id/blog/tips-persiapan-sidang-skripsi/

  Cara termudah untuk melatih pikiran optimis adalah dengan menulis atau merekam kutipan motivasi di ponsel. Kamu juga dapat menggantung poster inspirasi di dinding kamar tidur. Setelah itu, setiap kali melihat poster, pikiran akan menjadi damai dan tenang. Jangan lupa untuk mendengarkan lagu-lagu dengan nada dan lirik yang positif serta membangkitkan semangat. Adapun menurut tips mengatasi stress saat pengerjaan skripsi menurut psikologi Putri Dewinta. Berdasarkan hasil wawancara tips mengatasi stres sebagai berikut.

  • Meningkatkan kesadaran pada diri sendiri. Jika kamu mengalami rentan saat mengerjakan skripsi, kamu perlu bertanya pada diri sendiri memunculkan banyak notice apakah respon-respon emosional yang muncul pada diri sendiri, sehingga menemukan cara seperti apa untuk membuat emosi (takut, sedih, marah, dll) lebih teregulasi.
  • Fisik tetap dijaga seperti rutin olahraga dengan hidup sehat.
  • Pola hidupnya juga dijaga seperti pola makan, pola tidur terjaga.

  Itulah beberapa cara mengelola stress saat skripsi yang bisa kamu terapkan. Selama mengerjakan penelitian, usahakan untuk selalu berpikir positif dan tidak memaksakan kemampuan diri sendiri.

Penulis:

  • Andjani Shika Fadhilah
  • Ainina Nurarifa
  • Rangga Septio Wardana
  • Romadhona S.
  • Sylvia Sinta Elfira
Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *