Tanggal:29 April 2024

Pengertian dan Sejarah Perkembangan Opini Publik

Sebagai makhluk sosial, manusia hidup berdampingan dan berinteraksi dengan manusia lain di dalam sebuah lingkungan yang disebut sebagai masyarakat. Akan tetapi, manusia adalah individu-individu yang bisa berpikir dan bertindak secara independen dalam merespon situasi yang ada disekitarnya. Inilah yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Sebuah situasi dalam lingkungan sosial, dapat dipandang dan direspons secara berbeda oleh masing-masing individu. Cara pandang manusia terhadap situasi dalam lingkungan sosialnya inilah yang kemudian disebut sebagai opini atau pendapat.

Opini atau pendapat dipahami sebagai jawaban atas pertanyaan atau permasalahan yang dihadapi dalam situasi tertentu. Walaupun validitasnya lebih tipis dibanding dengan pengetahuan positif, opini lebih kuat dari dugaan atau sekadar kesan. Selain itu opini dapat dipahami sebagai pernyataan atau permasalahan yang kontroversial. Artinya pendapat harus dinyatakan agar dapat dinilai atau ditanggapi oleh publik sehingga mengalami proses komunikasi.

Meskipun setiap individu bisa memiliki opini yang berbeda dengan individu lainnya. Namun cara memandang sebuah persoalan di dalam sebuah lingkungan sosial bisa saja memiliki kesamaan. Dengan kata lain, pendapat seseorang bisa saja sama dengan orang lainnya. Hal ini bisa terjadi karena didalam sebuah lingkungan sosial, pertukaran informasi dapat mengubah cara pandang seseorang terhadap sebuah persoalan.

Pengertian Opini Publik Menurut para Ahli

Sebuah opini pada akhirnya akan dimanifestasikan dalam bentuk sikap, pilihan, dan tindakan dari individu secara perseorangan maupun berkelompok. Menurut Cultip dan Center (2006), opini adalah suatu ekspresi tentang sikap mengenai suatu masalah yang bersifat kontroversial. Ada berbagai definisi yang muncul, tergantung dari sisi mana kita melihatnya. Ditinjau dari ilmu sosiologi, opini publik diartikan sebagai kekuatan yang ada dalam masyarakat (Summer, 2014). Di sini kekuatan bukan berasal dari pendapat perorangan, melainkan norma atau mitos yang ada dalam masyarakat. Definisi ini menjelaskan bahwa jika suatu pendapat dianut oleh banyak orang, diasumsikan bahwa pendapat tersebut benar.

Ilmu komunikasi mendefinisikan opini publik sebagai pertukaran informasi yang membentuk sikap, menentukan isu dalam masyarakat, dan ditanyakan secara terbuka. Opini publik sebagai komunikasi mengenai soal-soal tertentu yang jika dibawakan dalam bentuk atau cara tertentu kepada orang tertentu. Maka akan membawa efek tertentu pula (Berelson, 1941). Sementara ilmu psikologi mendefinisikan opini publik sebagai hasil dari sikap sekumpulan orang yang memperlihatkan reaksi yang sama terhadap rangsangan dari luar. (Doob,1971)

Menurut Hennesy (1965), opini publik adalah kompleks preferensi suatu isu yang berkaitan dengan umum yang dilakukan oleh sekelompok orang. Kemudian menurut james bryces dalam bukunya modern democracy. Mendefinisikan opini publik merupakan kumpulan pendapat dari sejumlah orang tentang masalah-masalah yang dapat mempengaruhi/menarik minat masyarakat di dalam suatu daerah. Selanjutnya menurut Nimmo (1978), opini publik merupakan proses yang menggabungkan pikiran, perasaan, dan usul yang diungkapkan oleh warga negara secara pribadi. Terhadap pilihan kebijakan yang dibuat oleh pejabat pemerintah yang bertanggung jawab atas dicapainya ketertiban sosial.

Baca Juga : Begini 20 Teori Komunikasi Interpersonal Menurut para Ahli

Sejarah Opini Publik

Bedasarkan sumber buku opini publik (2019), munculnya opini publik sebagai kekuatan yang signifikan dalam bidang politik dapat dilihat sejarahnya pada akhir abad ke-17. Meski banyak yang berpendapat bahwa sejarah opini publik sudah terjadi jauh sebelum itu. Misalnya, fama publica atau vox et jama communis pada Abad Pertengahan memiliki peran besar dalam hukum dan pengaturan kehidupan sosial. Selain itu opini publik juga sudah disinggung oleh pujangga, William Shakespeare. Sang pujangga menyebut opini publik sebagai misstress of success atau “si nyonya sukses’. Kemudian Blaise Pascal yang menyatakan opini publik sebagai “ratu dunia”

John Locke, dalam risalahnya, An Essay Concerning Human Understanding, menyatakan bahwa manusia tunduk pada tiga hukum. Hukum ilahi, hukum perdata, dan yang paling penting dalam penilaian Locke adalah hukum pendapat atau reputasi. la menganggap hukum pendapat sebagai yang paling penting karena mau tidak mau. Orang dianggap perlu untuk menyesuaikan perilaku mereka dengan norma-norma sosial (pendapat umum). Akan tetapi, Locke tidak menganggap opini publik memiliki pengaruh yang kuat terhadap pemerintah waktu itu (karena sistem ketatanegaraan yang berbeda). William Temple (1873), dalam esainya, On the Original and Nature of Government, memberikan formulasi awal pentingnya opini publik. Dia menyatakan bahwa. “ketika sebagian besar orang (warga) menyerahkan hidup atau kekayaannya karena kehendak sendiri, hal itu merupakan kekuatan yang ditujukan pada terbentuknya kekuasaan”. Disini, Temple tidak setuju dengan pendapat kebanyakan bahwa dasar dari sebuah pemerintahan terletak pada kontrak sosial. Kemudian berpikir bahwa pemerintahan bisa berlangsung karena didukung oleh opini publik.

Dengan demikian, prasyarat untuk munculnya sebuah ruang publik agar kecerdasan publik meningkat, diperlukan ilmu pengetahuan. Selama abad ke-18 literatur keagamaan diganti dengan literatur sekuler, novel, dan pamflet. Sejalan dengan hal ini, tumbuh minat membaca di kalangan masyarakat dan berdiri berbagai klub diskusi dalam berbagai bentuk.

Baca Juga : Inilah Sejarah Perkembangan Public Relation di Indonesia

Kedai Kopi

Coffee shop(pexels.com/cottonbro)

Sebuah lembaga penting dalam pengembangan opini publik adalah kedai kopi, yang tersebar luas di seluruh Eropa pada pertengahan abad ke-17. Meskipun Raja Charles II mencoba untuk menekan kedai kopi di London. Karena beliau mengganggap sebagai “tempat di mana ketidakpuasan berkembang dan menyebarkan laporan skandal mengenai raja serta para menterinya”. Masyarakat tetap saja berbondong-bondong mengunjunginya. Selama beberapa dekade setelah Era Restorasi. Massa berkumpul, misalnya di bundaran John Dryden di Will Coffee House, Russell Street, Covent Garden. Kedai-kedai kopi semakin berkembang dan terbuka untuk semua orang serta tidak lagi memedulikan status sosial. Hal tersebut merupakan hasil dari kesadaran akan kesetaraan dan berkembangnya paham republikanisme.

Kedai kopi juga menjadi tempat pertemuan di mana bisnis dapat dijalankan, berita dipertukarkan, dan The London Gazette (pengumuman dari pemerintah) dibacakan. Pada 1739, paling tidak ada 551 kedai kopi di London; masing-masing menarik pelanggan tertentu. Sesuai dengan pekerjaan atau pandangan dan kesukaan mereka, misalnya untuk pedagang dan pengacara, penjual buku dan penulis, dan sebagainya. Joseph Addison mengatakan bahwa kedai kopi telah. “memindahkan filosofi dari lemari dan perpustakaan yang ada di klub dan majelis ke atas meja teh serta di rumah-rumah kopi”. Menurut salah satu pengunjung, Antoine François Prevost. Kedai kopi adalah “di mana Anda memiliki hak untuk membaca semua surat kabar, baik yang mendukung maupun yang menentang pemerintah” .Atau “kursi dari kebebasan Inggris”.

Klub Gentleman

Para pria(pexels.com/helena lopes)

Pada abad ke-18, klub untuk para tuan mulai menjamur, terutama di West End London. Klub-klub ini mengambil alih peran yang sebelumnya dilakukan di kedai-kedai kopi dalam beberapa tingkatan, dan menguat pengaruhnya pada akhir abad ke-19. Beberapa nama terkenal, seperti White, Brooks, Arthur, dan Boodle’s, masih ada hingga saat ini. Perubahan sosial ini, dari sebelumnya publik dianggap tertutup dan sebagian besar buta huruf, menjadi terbuka dan dipolitisasi. Serta menjadi tonggak yang penting dalam persoalan politik pada masa itu seiring dengan peredaran media massa. 

Pemerintah semakin menyadari pentingnya mengelola dan mengarahkan opini publik. Tren ini dicontohkan dalam karier George Canning yang mengubah gaya dalam karier politiknya. Dari gaya aristokrat menjadi gaya populer, ketika ia memperebutkan kursi parlemen di Liverpool. Liverpool merupakan sebuah kota dengan pertumbuhan tinggi dan kelas menengah makmur, yang dihubungkan dengan pengaruh pertumbuhan “opini publik”. Dengan gaya itu, Canning berhasil mendapatkan satu kursi di parlemen. Seorang pengacara, Jeremy Bentham, menyadari pentingnya opini publik dalam membentuk pemerintahan konstitusional. la beranggapan bahwa semua tindakan dan keputusan pemerintah harus tunduk serta disesuaikan dengan opini publik. la berpendapat bahwa opini publik memiliki kekuatan besar. Kekuatan untuk memastikan para penguasa akan memerintah untuk meraih kebahagiaan terbesar dari jumlah yang lebih besar. Dia membawa filosofi utilitarian dalam rangka mengembangkan teori opini publik.

Nah itu tadi penjelasan mengenai pengertian dan juga sejarah perkembangan dari opini publik. Bagaimana menurutmu ? jangan lupa komen dibawah ya!

Baca Juga : 4 Tipe Kepribadian Manusia Menurut Psikologi, yang Manakah Kamu?

Sukses karir profesional - personal development

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *