Tanggal:04 May 2024

Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia Sepanjang Masa Kemerdekaan

Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi Negara Indonesia yang digunakan dalam berinteraksi sehari-hari dengan sesama masyarakat Indonesia. Meski berinteraksi dengan berbagai suku, Bahasa Indonesia tetap menjadi alat pemersatu bangsa yang digunakan dalam kehidupan kita sehari-hari. 

Bahasa Indonesia telah ditetapkan sebagai Bahasa Nasional bertepatan dengan sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Selain itu, pada tanggal 18 Agustus 1945 Bahasa Negara dikukuhkan melalui Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Bab XV Pasal 36 dengan menyebutkan bahwa Bahasa Negara adalah bahasa Indonesia.

Penasaran bagaimana Bahasa Indonesia mencapai puncak perkembangan sampai disahkan secara resmi melalui sejarah yang panjang? Berikut penjelasannya akan dipaparkan di bawah ini lengkap dengan penjelasan mengenai perkembangan ejaan Bahasa Indonesia hingga sekarang! 

Baca juga: Cara Membuat Desain Stempel di Corel

Perkembangan Bahasa Indonesia Sebelum Kemerdekaan

Sejarah Bahasa Indonesia Sebelum Kemerdekaan. Sumber: unsplash.com

Bahasa Indonesia mulanya berkembang dari Bahasa Melayu, yaitu bahasa Melayu Tinggi (Melaka/Riau). Alasan yang mendasari hal tersebut adalah Bahasa Melayu sebagai Lingua Franca (bahasa pengantar/bahasa pergaulan) yang telah ada di Nusantara sejak lama. 

Bermula dari zaman kerajaan Sriwijaya, Bahasa Melayu telah digunakan untuk  urusan perdagangan. Oleh sebab itu, Bahasa Melayu telah dipahami oleh masyarakat Indonesia walaupun digunakan oleh suku bangsa yang berbeda.

Selain itu, sistem Bahasa Melayu dianggap praktis dan sederhana dibandingkan dengan bahasa lain di Indonesia. Dalam penggunaannya, Bahasa Melayu tidak memiliki tingkatan atau tidak berdasarkan status sosial. Misalnya, dalam Bahasa Jawa atau Bahasa Sunda kita mengenal adanya penyesuaian dalam penggunaan kata berdasarkan aspek tertentu seperti umur, gender, maupun situasi kepada siapa kita berbicara.

Alasan terakhir adalah Bahasa Melayu digunakan untuk kebutuhan politik sebab adanya berbagai macam bahasa yang hadir di Indonesia tidak memungkinkan bila memilih salah satu dari ratusan Bahasa Ibu.  Akibatnya, Bahasa Melayu dipilih sebab telah digunakan dalam perdagangan dan banyak dipahami oleh masyarakat daerah di Nusantara.

Penemuan beberapa prasasti juga menjadi sebuah bukti penggunaan Bahasa Melayu telah digunakan di berbagai daerah di antaranya prasasti gandasuli di Jawa Tengah (632 M), prasasti kedukuan bukit di Palembang (683 M), prasasti talang tuo di Palembang (684 M), prasasti kota kapur di Palembang (686 M), prasasti karang brahi di Jambi (688 M), prasasti bogor di Jawa Barat (942 M), dan prasasti pagaruyung (1356 M). Semua bukti penggunaan Bahasa Melayu tertulis dalam batu nisan di Minye Tujoh, Aceh (1380 M).

Baca juga: Ciri-ciri Negara Agraris

Perkembangan Bahasa Indonesia Setelah Kemerdekaan

Sejarah Bahasa Indonesia Setelah Kemerdekaan. Sumber: unsplash.com

Bahasa Indonesia lahir bertepatan dengan sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 dalam perjumpaan para pemuda dari berbagai pelosok Nusantara yang berkumpul pada sebuah rapat dan berikrar.

(1) Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia, 

(2) Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia,

(3) Kami putra dan putri Indonesia mengaku menjunjung tinggi bahasa persatuan, Bahasa Indonesia. 

Pernyataan yang menggambarkan Bahasa Indonesia telah diakui sebagaimana unsur dalam ikrar ketiga dengan tekad bahwa Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Hal tersebut merupakan bentuk resmi penetapan Bahasa Indonesia.

Pada tanggal 18 Agustus 1945, Bahasa Indonesia juga diresmikan sebagai Bahasa Negara tepat setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Perkembangan tidak berhenti sampai situ, berbagai perkembangan ejaan dalam Bahasa Indonesia pada tahun 1947 ditandai dengan penetapan Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi yang telah menggantikan Ejaan Van Ophuijsen (1901). 

Setelah mengalami perubahan, muncul perbaikan ejaan kata pada tahun 1972 yang dinamakan Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) yang diresmikan pada tanggal 16 Agustus 1972. Peresmian ini dikuatkan dengan Putusan Presiden No. 57 Tahun 1972. 

Hingga saat ini, Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) yang diterbitkan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2016 yang ditetapkan dengan Permendikbud No. 50 tahun 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). PUEBI hingga saat ini membantu seseorang dalam melahirkan karya tulis ilmiah agar ejaan dan penulisan kata sesuai yang berlaku hingga sekarang.

Baca juga: Cara Mengatasi Orang Tua Toxic

Perkembangan Ejaan dalam Bahasa Indonesia 

Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia. Sumber: unsplash.com

Badan Bahasa Kemendikbud pada tahun 2017 mencatat sedikitnya hingga saat ini terdapat 652 bahasa daerah di Indonesia. Hal tersebut membuktikan bahwa Indonesia yang memiliki keberagaman budaya dan bahwa terbentuk dari kemajemukan masyarakatnya.

Lahirnya kemajemukan hingga saat ini juga dibuktikan melalui perubahan dan perkembangan yang terjadi di Indonesia, salah satunya dalam ejaan Bahasa Indonesia yang dipaparkan di bawah ini. 

1. Ejaan Van Ophuijsen (1901)

Ejaan Van Ophuijsen adalah ejaan pertama yang digunakan pada tahun 1901 dan pada saat itu masih disebut sebagai Bahasa Melayu. Ejaan ini disusun oleh salah seorang yang berasal dari Belanda bernama Charles A. Van Ophuijsen dan dibantu oleh Engku Nawawi Selar Soetan Mamur dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Ejaan ini dikenal dengan gaya penulisan yang masih menggunakan /dj/, /tj/, dan /oe/, contoh kata-kata yang digunakan seperti goeroe, itoe, oemoer. 

2. Ejaan Soewandi atau Republik (1947)

Ejaan yang disahkan pada tahun 1947 tepatnya pada tanggal 19 Maret 1947 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 264/Bhg.A. Nama ejaan ini diambil dari Mr. Raden Soewandi yang pada saat itu menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan. Ejaan ini masih sangat terpengaruh dengan ejaan sebelumnya, seperti penggunaan /oe/ yang diganti dengan /u/. Selain itu, gaya penulisan dalam ejaan sering kali menggunakan tanda baca kutip satu (‘), misalnya /ra’yat/, dan /Jum’at/. 

3. Ejaan Pembaharuan (1954)

Ejaan ini disahkan dalam Kongres Bahasa Indonesia II yang diadakan di Medan yang dipimpin oleh Mohammad Yamin untuk menyempurnakan ejaan sebelumnya. Walaupun tidak diresmikan secara undang-undang, tetapi ejaan ini berhasil mengubah Ejaan Soewandi menjadi Ejaan Pembaharuan. 

4. Ejaan Melindo (1959)

Ejaan Melindo diwacanakan menurut Perjanjian Persahabatan Indonesia dan Malaysia sekitar akhir tahun 1959. Kehadiran Ejaan Melindo diharapkan menjadi penyempurna ejaan sebelumnya yang dianggap penulisannya sangat menyulitkan. Nama ejaan ini didapatkan dari akronim Melayu-Indonesia dan sama seperti ejaan sebelumnya yaitu tidak diresmikan dalam undang-undang akibat terjadinya konfrontasi Indonesia dengan Malaysia tahun 1962.

Baca juga: 8 Cara Mengatasi Hustle Culture

5. Ejaan Baru atau Lembaga Bahasa dan Kesusastraan (LBK) (1967)

Pergantian Ejaan Melindo yang gagal disahkan, akhirnya Lembaga Bahasa dan Kesusastraan tahun 1967 mengeluarkan ejaan bahasa baru. Pada ejaan LBK, pelafalan asing mulai diserap seperti penggunaan /x/ dalam Bahasa Inggris menjadi /ks/ dalam Bahasa Indonesia.

6. Ejaan yang Disempurnakan (EYD) (1972)

Ejaan ini disahkan semasa menteri Mashuri Saleh dan mengalami dua kali penyempurnaan atau perbaikan. Perbaikan pertama tahun 1987 dan perbaikan kedua tahun 2009. Ejaan ini cukup lama digunakan dan dijadikan sebagai pedoman berbahasa dan kepenulisan sampai tahun 2015. Pedoman ejaan ini meresmikan huruf-huruf “f”, “v”, “q”, “x”, dan “z” sebagai bagian dari Bahasa Indonesia. 

7. Ejaan Bahasa Indonesia (2015)

Pada tahun 2015, pemerintah berupaya dalam menyempurnakan ejaan bahasa hingga menemukan titik terang pembaruan. Pada tahun 2015, adanya peresmian ejaan baru oleh Anies Baswedan yang saat itu menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Ejaan ini masih dijadikan pedoman berbahasa Indonesia dalam kepenulisan hingga saat ini.

Baca juga: Cara menjadi Orang Tua yang Efektif

Itu dia penjelasan mengenai sejarah perkembangan Bahasa Indonesia beserta perubahan ejaan Bahasa Indonesia yang terjadi semasa kemerdekaan baik sebelum maupun setelah kemerdekaan Indonesia

Ingin membaca artikel menarik lainnya untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan yang kamu miliki? cukup klik tautan berikut. Jangan lupa ikuti kami di Instagram untuk mengetahui update dan informasi terbaru yang pastinya sangat berguna!

Vocasia adalah salah satu platform edukasi online bersertifikat yang menyediakan banyak pelatihan untuk menunjang keahlianmu dalam berbagai macam bidang. Selain itu, dengan bergabung bersama Vocasia memberikan kesempatan belajar bersama mentor-mentor yang berpengalaman dalam bidangnya!

Nikmati segala penawaran khusus di Vocasia berupa potongan harga untuk mengikuti berbagai kelas online agar kamu semakin mahir dalam berbagai kemampuan! Segera temukan kursus terbaru yang cocok untuk kamu hanya dengan klik tautan berikut.

Baca juga: Perilaku Orang Tua yang Membuat Anak Stres

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *