Tanggal:30 October 2024

Begini Hubungan Media Massa dengan Public Relations

Program kerja dan kehidupan praktisi public relations (PR) selalu berkaitan hubungan dengan khalayak. Di dalam hubungan tersebut, praktisi PR mencoba membangun citra positif organisasi. Untuk mencapai tujuan tersebut, PR membutuhkan piranti yang tepat guna dan efisien. Media massa menyediakan diri sebagai salah satu sarana PR mencapai tujuan dalam program kerjanya.

Membangun opini publik adalah salah satu aspek yang ingin dicapai melalui pemanfaatan media massa. Opini publik akan sangat penting, terutama dalam menetapkan arah kebijakan suatu organisasi. Terutama, apabila organisasi tersebut bersentuhan langsung dengan kehidupan sosial masyarakat. Oleh sebab itu, media massa menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari upaya PR menggapai opini positif dari publik. Yuk ketahui hubungan media massa dengan public relations, bedasarkan penjelasan yang diambil oleh sumber buku Public Relation (2016). Simak dibawah ini ya!

Media Massa dan Public Relations

Membangun relasi harmonis dengan pihak media massa adalah langkah penting yang harus diambil oleh seorang praktisi PR. Relasi tersebut sifatnya sinergis, saling membutuhkan dan menguntungkan. Divisi atau praktisi PR membutuhkan media massa untuk keperluan promosi, sedangkan pihak media massa membutuhkan organisasi sebagai sumber berita. Sinergi dengan landasan saling percaya antara kedua pihak akan melahirkan hubungan yang saling menguntungkan.

Kegiatan promosi menggunakan kekuatan media massa yang dilakukan secara tepat dan efisien merupakan langkah dasar dalam kehidupan bisnis organisasi. Sebagian besar masyarakat sendiri menggunakan media massa sebagai alat ukur sebuah produk atau jasa. Produk atau jasa yang dibungkus dengan promosi media massa yang cerdas akan lebih menarik minat masyarakat. Selain menggerakkan roda bisnis organisasi. Keberhasilan promosi menggunakan media massa adalah langkah praktis membangun citra profesional.

Untuk itu, seorang praktisi PR harus benar-benar jujur ketika menyediakan fakta bagi media massa. Fakta dengan nilai berita akan lebih disukal, terutama jika sangat relevan dengan kepentingan banyak orang. Media massa juga membutuhkan fakta yang eksklusif supaya menarik minat masyarakat. Termasuk narasumber yang eksklusif, misalnya pemimpin organisasi. Di sini, seorang praktisi PR harus mampu menjadi perantara yang seimbang karena reputasi organisasi dipertaruhkan.

Relasi antara PR dengan media massa bukan tanpa hambatan. Keduanya mempunyai persepsi yang berbeda dan sering berbenturan. Akibatnya, setiap informasi yang disediakan oleh parktisi PR akan dianggap bias dan tidak jujur. Sementara itu, pihak organisasi akan merasa tidak aman dengan keberadaan media massa. Karena dianggap “pembuka aib orang”. Oleh sebab itu, usaha menjaga komunikasi yang jernih harus selalu dibina. Rasa saling percaya harus dilandasi sikap profesional dari kedua pihak.

Beberapa Jenis Media

Jenis media massa yang berkembang di masyarakat cukup beragam. Di Indonesia sendiri berkembang empat jenis media, yaitu:

1. Media Mainstream

Media mainstream adalah jenis media paling umum dengan sasaran semua lapisan masyarakat. Informasi yang disampaikan sesuai dengan kaidah dan teknik penyampaian berita. Dengan menggunakan bahasa yang sederhana dan menggunakan format yang familier dengan budaya masyarakat. Sajian utama media ini adalah berita dan pendidikan sebagai tambahan. Aspek hiburan hanya sebagai selingan saja.

2. Media Kuning

Media kuning merupakan wadah arus informasi dengan segmen tertentu dan cenderung melahirkan sensasi. Misalnya, media-media dengan sajian kriminalitas, pornografi, supranatural dan kekerasan. Disebut media “kuning” karena mengenakan campuran beragam warna untuk menarik minat. Media ini memberikan porsi hiburan lebih dominan ketimbang muatan pendidikan.

3. Media Profit

Orientasi utama media profit adalah mencari keuntungan tanpa mempertimbangkan kepentingan pembaca. Konten media ini cenderung vulgar dan kurang pantas disajikan kepada publik secara luas, misalnya pornografi. Media dengan konsep ini sendiri dilarang diterapkan di Indonesia. Sesuai orientasinya, media profit kurang memperhitungkan akibat yang ditimbulkan dari konten yang diangkat.

4. Media Baru

Media baru adalah wadah informasi yang berkembang mengikuti zaman, misalnya internet. Daya jangkau media ini sangat luas karena tidak dibatasi ruang dan waktu. Informasi dan konten yang terdapat di dalamnya dapat diakses kapan saja selama perangkat yang dibutuhkan tersedia. Salah satu bentuk nyata media baru adalah website

Kendala dengan Media

Sebagai dua institusi yang berbeda, pasang surut hubungan antara PR dengan media massa bukan hal yang aneh. Pasang surut hubungan ini terjadi karena adanya perbedaan mendasar terkait orientasi.

1. Orientasi Public Relations

Setiap langkah PR adalah manifestasi visi dan misi organisasi. Tugas dan fungsi PR adalah membangun opini publik untuk menciptakan citra positif. Oleh sebab itu, semua informasi dari kerja PR adalah berita dengan nuansa positif dan sangat jarang bernada negatif. Jika ada, berita semacam ini berbentuk ucapan permintaan maaf dan penyesalan sebuah kesalahan. Walaupun isi berita bernuansa negatif, PR harus mengemasnya sedemikian rupa sehingga nilai lebih di mata publik tetap terjaga. Menjadi sangat wajar, apabila PR berusaha menutupi berita negatif.

2. Orientasi Media

Pada penerapannya, orientasi media adalah bad news is good news. Bagi media, berita buruk dari sebuah organisasi adalah berita baik untuk konsumsi publik. Maksudnya, publik akan lebih tertarik kepada berita atau informasi yang menimbulkan sensasi. Misalnya, berita tentang korupsi, bencana alam, kecelakaan, konspirasi politik, perebutan kekuasaan, perselingkuhan dan lain-lain. Selain itu, man makes news, adalah prinsip lain dari media. Artinya, orang atau profesi tertentu yang familier di mata publik adalah sumber berita yang ideal.

Hubungan Harmonis dengan Media

Untuk menjaga hubungan harmonis, praktisi PR dan media massa harus saling memahami tugas masing-masing secara dewasa. Pemahaman akan hal mendasar tersebut membantu keduanya bekerja dan menjaga posisi. Selain itu, faktor komunikasi juga sangat penting. Pihak PR disarankan menjalin komunikasi dengan media massa secara rutin. Menjaga komunikasi adalah langkah pertama untuk menjalin keharmonisan.

Bagi media massa, niat untuk melakukan konfirmasi kepada pihak PR adalah syarat mutlak menjaga kepercayaan. Pola sederhana ini bernilai sangat penting karena menjadi cermin rasa saling menghargai dan menjaga nama baik. Selain itu, dengan menanyakan kebenaran, artinya kedua pihak juga menjaga asas kejujuran sebagai modal kerja sama. Saling mengisi, menghormati dan menjaga nama baik adalah cermin mitra yang ideal.

Bagi PR, hubungan yang harmonis dengan media massa memberikan banyak keuntungan. Media massa dengan nama besar akan memberikan jangkauan publikasi organisasi yang lebih luas. Jika memberikan kesan yang baik, organisasi akan dengan mudah mendapatkan tempat di ruang-ruang berita media massa. Misalnya, media massa akan dengan senang hati membuat liputan, ulasan dan profil yang menarik untuk organisasi yang mau bekerja sama.

Ruang media yang besar adalah salah satu tempat terbaik bagi organisasi untuk mendapatkan umpan balik dari publik. Terutama, terkait kebijakan, promosi, dan kegiatan yang dilepas organisasi untuk publik. Umpan balik dari publik merupakan tolok ukur data bagi pimpinan untuk menilai situasi dan merancang program kerja selanjutnya. Bagi media massa, organisasi yang menjadi “bintang”. Kemudian, bagi publik adalah sumber berita yang ideal, tidak lekang oleh waktu dan sangat “menjual”.

Nah, itu tadi penjelasan mengenai hubunga media massa dengan public relations. Bagi kamu yang ingin menjadi seorang profesional PR yang handal, kini Vocasia hadir dengan kursus Public Relation Masterclass. Dibimbing oleh instruktur handal. Cuss yuk, gabung kursus di Vocasia. Info selengkapnya lihat disini.

Public relation masterclass

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *