Tanggal:16 May 2024

Bahaya! Kenali Depresi Tersenyum (Smiling Depression) Sebelum Terlambat

Mungkin banyak dari kamu yang sudah familiar mendengar atau mengenal tentang depresi, tetapi pernahkah kamu mendengar istilah smiling depression atau depresi tersenyum? Hal ini merujuk pada kondisi seseorang yang tampak bahagia di depan orang banyak ketika sebenarnya ia mengalami gejala depresi.

Kursus online IELTS Vocasia

Smiling depression adalah istilah yang belakangan ini menjadi semakin populer. Smiling depression sendiri sebenarnya belum masuk sebagai kategori gangguan mental tapi lebih ke istilah populer. Namun, smiling depression juga dikaitkan dengan depresi mayor dengan fitur atipikal. Smiling depression digunakan ketika menggambarkan keadaan seseorang yang tetap tersenyum dan terlihat bahagia tapi di lain sisi dia sedang mengalami depresi atau false smile.

Supaya dapat mengantisipasi dan mengetahui diri kamu atau orang disekitarmu mengidap hal tersebut, yuk pahami dulu pengertian, penyebab, gejala, serta bahaya dari smiling depression tersebut. Semuanya sudah terangkum di bawah ini ya, yuk simak!

Baca juga: Emotional Numbness: Mati Rasa dalam Psikologi dan Cara Mengatasinya

Pengertian Smiling Depression (Depresi Tersenyum)

Pengertian Smiling Depression (Depresi Tersenyum). Sumber: unsplash.com

Depresi yang tersenyum atau smiling depression adalah istilah yang sering diartikan untuk seseorang yang hidup dengan depresi dalam dirinya, sambil tampak sangat bahagia atau puas di luar. Di balik topeng mereka yang tampak gembira dan bahagia, mereka memiliki perasaan putus asa, tidak berharga, dan tidak mampu melakukan apa-apa.

Seseorang dengan smiling depression akan berjuang dengan depresi dan kegelisahan dalam jangka waktu yang lama. Namun, di saat bersamaan rasa takut akan diskriminasi membuat pikiran mereka kabur, dan secara tak sadar berusaha untuk tampil bahagia di depan orang lain, seolah semuanya baik-baik saja.

Sebagai salah satu sub dari depresi, orang dengan smiling depression juga mengalami gejala yang serupa dengan gejala depresi pada umumnya. Namun, meskidemikian, pengidap smiling depression justru terlihat sangat normal jika di depan umum. Mereka bahkan cenderung aktif, ceria, optimis, dan memiliki kehidupan sosial. Hal ini justru lebih berbahaya dibanding pengidap depresi biasa, yang umumnya lemah dan tidak memiliki energi untuk melakukan aktivitas.

Baca juga: Mengenal Imposter Syndrome: Keraguan Terhadap Diri Sendiri

Penyebab Smiling Depression

Penyebab Smiling Depression. Sumber: pexels.com

Ada beberapa hal yang dapat memicu seseorang mengidap smiling depression, di antaranya sebagai berikut.

1. Pergolakan Batin

Secara budaya, orang mungkin menghadapi dan mengalami depresi secara berbeda, termasuk merasakan lebih banyak gejala somatik (fisik) daripada yang emosional. Dalam beberapa budaya atau keluarga, tingkat stigma yang lebih tinggi juga dapat berdampak. Misalnya, mengekspresikan emosi dapat dilihat sebagai “meminta perhatian” atau menunjukkan kelemahan atau kemalasan.

Seseorang yang merasa mereka akan diadili karena gejala depresi mereka akan lebih mungkin untuk mengenakan topeng, dan menyimpan kesedihannya untuk diri mereka sendiri. Kondisi ini juga dapat lebih rentan terjadi pada pria yang terkungkung pada prinsip maskulinitas, bahwa pria selayaknya harus kuat, bahkan tidak boleh menangis.

2. Perubahan Besar dalam Hidup

Seperti halnya jenis depresi lain, depresi tersenyum dapat dipicu oleh suatu situasi, seperti hubungan yang gagal atau kehilangan pekerjaan. Itu juga bisa dialami sebagai keadaan konstan.

3. Penilaian Orang Lain

Terdapat beberapa anggapan di masyarakat dalam memberikan sikap terhadap suatu permasalahan yang telah mengakar dan menjadi budaya, seperti “jangan terlalu dipikirkan”, “laki-laki ngga boleh menangis”, dan lain sebagainya. Hal demikian membuat seseorang yang sedang mengalami permasalahan psikis enggan untuk berbagi karena takut tidak mendapatkan respon yang baik.

4. Media Sosial

Di era digital, penggunaan media sosial menjadi hal yang umum. Alih-alih hanya sebagai sarana komunikasi, banyak orang yang menggunakannya untuk memamerkan kehidupan mereka yang baik-baik saja. Sementara hal buruk, disimpan sendiri dan tidak ditunjukkan di media sosial. Secara perlahan, hal ini dapat membuka ruang yang luas untuk tumbuh suburnya smiling depression dalam diri seseorang.

5. Ekspektasi

Setiap orang memiliki ekspektasi yang lebih untuk diri mereka yang berasal dari diri sendiri maupun orang lain. Orang-orang menyimpan ekspektasi tentang kamu mungkin melebihi realitas yang bisa dilakukan. Oleh karena itu, ekspekrasi menjadi beban sehingga mau tidak mau kamu harus memaksakan diri agar dapat sesuai dengan ekspektasi orang-orang.

Baca juga: Apa Itu Toxic Positivity? Pengertian, Ciri, Dampak Dan Cara Menghindarinya

Gejala Smiling Depression

Gejala Smiling Depression. Sumber: pexels.com

  • Perasaan tertekan
  • Kehilangan ketertarikan atau kesenangan pada sejumlah besar aktivitas
  • Penurunan/peningkatan berat badan atau perubahan selera makan yang signifikan ketika tidak melakukan diet.
  • Insomnia atau hypersomnia hampir setiap hari.
  • Kelelahan atau kehilangan tenaga hampir setiap hari
  • Merasa tidak berharga atau memiliki rasa bersalah yang berlebihan
  • Penurunan kemampuan berpikir atau berkonsentrasi, sulit menentukan pilihan
  • Pikiran tentang kematian yang berulang, pikiran tentang bunuh diri yang berulang

Meskipun demikian, penderita smiling depression tidak akan sepenuhnya menunjukkan gejala tersebut di depan orang lain. Sebaliknya, publik melihatnya sebagai sosok yang penuh percaya diri, aktif, ceria, optimis dan menunjukkan manfaat dan keberadaannya dalam lingkungan sosial.

Ketidakjujuran ini bisa jadi dikarenakan tuntutan ego dari dirinya sendiri ataupun penghakiman dari orang-orang di sekitarnya. Smiling depression bagi sebagian orang mungkin saja menjadi tameng untuk menghadapi kehidupan yang keras, berusaha tetap tegar dari luar.

Baca juga: Apa Itu Trust Issue? Arti, Gejala, Penyebab, Dampak, Contoh Dan Cara Mengatasinya

Bahaya Smiling Depression

Bahasa Smiling Depression. Sumber: pexels.com

Seseorang yang mengalami depresi berat jika tidak segera mendapatkan penanganan pasti berbahaya karena seseorang yang mengalami depresi sering berpikiran untuk menyudahi hidupnya. Menutupi keadaannya dengan senyum dan terlihat bahagia merupakan langkah denial (penolakan), dan merasa bahwa tidak ada apa-apa dengan dirinya.

Dampak buruknya jika seseorang dengan smiling depression nampak begitu aktif dan berenergi padahal depresinya berat, akan dikhawatirkan energinya dapat digunakan untuk menindaklanjuti pikiran bunuh diri yang sering dia pikirkan.

Baca juga: 7 Manfaat Shiatsu Massage Dari Jepang, Bisa Mengatasi Depresi?

Demikianlah pembahasan mengenai pengertian smiling depression beserta penyebab, gejala, dan bahayanya. Apabila kamu merasa memiliki gejala smiling depression, sebaiknya segeralah berkonsultasi dengan psikiater, atau memilih satu orang yang sangat dipercaya, baik dari keluarga ataupun sahabat, dan cobalah untuk menceritakan masalah dan kondisi yang dialami kepada orang tersebut.

Pencegahan juga dapat dilakukan melalui upaya menyingkirkan rasa malu bahwa sedang mengalami depresi, dan segera ungkapkan kepada seseorang untuk mendapatkan saran, atau minimal telah melepaskan beban dengan berbagi cerita dan perasaanmu.

Sukses karir profesional - personal development

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *