Konflik dan krisis merupakan sebuah keadaan yang tidak dapat dihindari. Sumber dari konflik dan krisis sangat beragam dan sebagian besar berada dalam konteks masalah internal maupun eksternal. Gesekan antara karyawan dengan manajemen atau pemimpin dengan publik sangat rentan terjadi. Konflik dan krisis yang diantisipasi dapat menghancurkan masa depan suatu organisasi.
Oleh sebab itu, mengenali konflik dan krisis merupakan langkah awal. Langkah lebih lanjut adalah memahaminya dan menerapkan konsep public relation (PR) secara akurat. Artinya, konflik dan krisis memang mustahil dihindari, namun bukan berarti tidak dapat diantisipasi dan diredam. Divisi PR yang baik selalu menyiapkan diri sebagai early warning system. Serta pemadam kebakaran yang baik bagi organisasi.
Baca Juga : Mengenal 5 Jenis dan Kelompok Stakeholder di dalam Perusahaan
Memahami Konflik
1. Definisi
Untuk memahami sebuah perkara, tentu langkah awal adalah berkenalan. Robbins (2012), mengemukakan pendapatnya. Bahwa konflik adalah suatu proses yang dimulai bila satu pihak merasa bahwa pihak lain telah atau akan mempengaruhi secara negatif. Sementara itu. Suprihanto (2003) berpandangan bahwa konflik adalah ketidaksetujuan antara dua atau lebih anggota organisasi atau kelompok-kelompok dalam organisasi yang timbul. Karena mereka harus menggunakan sumber daya yang langka secara terus bersama-sama. Menjalankan kegiatan bersama-sama atau karena mempunyai status, tujuan, nilai-nilai dan persepsi yang berbeda.
Baca Juga | Jenis Penelitian Agenda Setting Media Massa dalam Opini Publik
Berdasarkan dua pengertian di atas. Dapat disimpulkan bahwa konflik terjadi karena adanya pertentangan, satu pihak merasa dirugikan atau satu pihak merasa mendapatkan pengaruh negatif. Rasa tidak puas yang dialami satu pihak pada umumnya menjadi penyebab konflik yang paling jamak. Maka dari itu, saling memahami, menghargai, dan menjaga komunikasi akan menjadi tantangan tersendiri.
Baca Juga | 3 Pengaruh Jajak Pendapat terhadap Pengukuran Opini Publik
2. Proses Lahirnya Konflik
Biasanya konflik terjadi sebagai akibat proses yang terjadi di dalam kehidupan sosial, misalnya organisasi. Robbins (2008), berpendapat bahwa konflik lahir dari sebuah tahapan, yaitu:
Tahap I: Potensi Pertentangan dan Ketidakselarasan
Sebuah proses tercipta karena adanya kondisi yang mendukung. Kemudian sebuah konflik, sebagai bagian dari proses lahir dari beberapa kondisi. Seperti misalnya komunikasi, struktur dan variabel-variabel pribadi.
Baca Juga | Begini Perbedaan antara Budaya Organisasi dengan Iklim Organisasi
Tahap II: Kognisi dan Personalisasi
Proses lahirnya konflik semakin cepat setelah pihak-pihak yang terlibat mulai memetakan isu dan bentuk masalah yang dipertentangkan. Dalam proses ini, rasa cemas, tegang, frustasi bahkan bermusuhan mulai terbangun.
Tahap III: Maksud
Pada tahap ini, konflik makin meruncing ketika maksud satu pihak tidak dipahami pihak lain yang sedang bertentangan. Lalu, di dalamnya juga termuat perilaku yang justru bertentangan dengan maksud itu sendiri.
Baca Juga | Tertarik Bisnis Kopi Kekinian? Buka Franchise Filosofi Kopi Aja!
Tahap IV: Perilaku
Perilaku di dalam konflik meliputi aksi dan reaksi yang merupakan wujud maksud dari masing-masing pihak yang bertikai.
Tahap V: Akibat
Nonsekuensi atau akibat fungsional dan disfungsional lahir dari sebuah proses aksi-reaksi. Bersifat fungsional ketika konflik menghasilkan perbaikan di dalam perkembangan organisasi. Dikatakan disfungsional ketika menghambat perkembangan.
Baca Juga | 4 Putusan MK UU Cipta Kerja dan Dampaknya ke Pekerja
3. Manajemen Konflik
Seperti sudah disinggung di atas, konflik memang agak sukar untuk dihindari. Namun, bukan berarti konflik tidak dapat diredam dan diselesaikan. Sopiah (2008), mengungkapkan bahwa manajemen konflik berkaitan dengan strategi pemecahan, antara lain sebagai berikut.
Baca Juga | Ini Lho Cara Franchise Nyopee, Bisnis Kopi yang Kekinian!
– Strategi Menang-Kalah
Pihak tertentu menggunakan wewenang atau kekuasaan untuk memenangkan atau menekan pihak tertentu.
– Strategi Kalah-Kalah
Merupakan sebuah kompromi. Yang mana kedua pihak rela berkorban untuk kepentingan dan kebaikan bersama.
– Strategi Menang-Menang
Pada strategi ini memang dipandang paling ideal karena kebutuhan dan pemikiran semua pihak difasilitasi. Kedua pihak merasa menang dan tidak dirugikan.
Memahami Krisis
1. Definisi
Jika tidak ditangani, konflik di dalam organisasi dapat memicu krisis. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, krisis adalah keadaan yang berbahaya. Sementara itu, Robert P. Powell dalam bukunya yang berjudul Crisis: A Leadership Opportunity (2005). Mengungkapkan bahwa krisis merupakan kejadian yang tidak diharapkan, berdampak drastis. Terkadang belum pernah terjadi sebelumnya yang mendorong organisasi kepada suatu kekacauan (chaos). Kemudian krisis dapat menghancurkan organisasi tersebut tanpa adanya tindakan nyata. Selain itu, krisis juga dipandang sebagai sebuah titik balik dalam sebuah organisasi. Masalah yang berkembang menjadi krisis akan menguji semua sumber daya yang berkembang di dalam organisasi.
Baca Juga | 7 Keuntungan Perusahaan Go Public
Ketika sumber daya tersebut dapat bertahan atau dipertahankan. Maka organisasi akan berkembang menuju kedewasaan secara pribadi dan finansial. Namun, Jika gagal bertahan, organisasi terancam kehilangan publiknya dan gulung tikar. Oleh sebab itu, krisis harus selalu ditanggapi dengan cepat dan tepat. Di dalamnya termuat program kerja yang terencana secara matang dan berpandangan ke depan. Program kerja, terutama yang dibidangi oleh PR harus mampu secara visioner membuat perkiraan sebagai langkah antisipasi krisis. Apabila memang terjadi, krisis harus cepat diredam dan dengan cerdik. Bisa dengan mengubah suatu masalah menjadi modal kekuatan. Tetap, cara terbaik menangani krisis adalah dengan menghindarinya.
2. Faktor-faktor Penyebab Krisis
Penyebab krisis cukup beragam. Berikut beberapa faktor penyebab krisis dilihat dari penyebabnya:
– Bencana Alam
Gempa bumi, letusan gunung berapi dan banjir bandang sering mewarnai kehidupan manusia. Celakanya, manusia sendiri tidak siap dalam menghadapi kemungkinan bencana. Setelah terjadi dan tidak dapat ditangani, bencana alam memicu sebuah krisis.
Baca Juga | 12 Jenis Teras Berita dalam Jurnalistik, Beserta Penjelasannya
– Kecelakaan Industri
Kebakaran hingga kecelakaan kerja wajib menjadi perhatian serius sebuah organisasi atau perusahaan. Jika tidak diantisipasi, berita buruk akan menjadi santapan lezat bagi media massa.
– Kualitas Produk
Cacat pada produk, baik barang maupun jasa akan mengurangi penilaian konsumen. Kondisi tersebut berpengaruh secara langsung kepada citra dan reputasi.
– Faktor Hubungan Kerja
Hubungan kerja antara pekerja dan organisasi atau perusahaan harus terkendali. Kekuatan pekerja dapat memaksa industri untuk gulung tikar. Akibatnya, organisasi terpaksa bertindak agresif. Sudah selayaknya hubungan kerja dijaga supaya tidak sampai pada level saling merusak.
Baca Juga | Terapkan 6 Cara Ini untuk Membangun Hubungan Kerja yang Baik
– Kesalahan Strategi Bisnis
Perencanaan dan implementasi strategi bisnis yang keliru dapat membawa organisasi menuju krisis. Karena krisis jenis ini biasanya tidak dapat diprediksi. Hal ini terjadi bisa jadi disebabkan oleh pergeseran pasar yang mendadak dan tidak diantisipasi.
– Pergantian Manajemen
Pada pergantian di jajaran manajemen, terutama orang-orang yang terpercaya dan dapat diandalkan. Hal ini dapat membuat organisasi goyah.
– Persaingan Bisnis
Monopoli organisasi besar terhadap pasar menyulitkan banyak pihak untuk berinvestasi dan berkembang. Kerugian menjadi hal yang jamak dan daya tahan organisasi menjadi sangat teruji.
Baca Juga | Apa Itu Advertising? Tujuan , Jenis Advertising
3. Mengatasi Krisis
Tidak jarang, krisis menjatuhkan individu atau organisasi dengan keras. Dalam hal ini, krisis memang menguji daya tahan dan kekuatan. Meskipun sangat berat, bukan berarti krisis tidak dapat diatasi. Berikut beberapa cara meredam dan mengatasi krisis:
– Meramal
Sejak awal menetapkan kebijakan dan program kerja, organisasi dan divisi PR. Harus sudah melakukan pemetaan faktor hingga risiko dari sebuah krisis yang mungkin terjadi. Perubahan dalam dunia bisnis pada khususnya, tidak dapat ditebak. Setiap perubahan dapat melahirkan ancaman dan pada akhirnya memicu krisis.
Baca Juga | 7 Tips Menjaga Kesehatan untuk Pekerja Shift Malam
– Mencegah
Pernah dengar ungkapan atau kalimat, mencegah selalu lebih baik daripada mengobati?. Kalimat bijak tersebut juga berlaku untuk krisis. Sebuah organisasi yang baik adalah organisasi yang tanggap terhadap gejolak-gejolak yang dapat memicu masalah. Divisi PR harus sudah memiliki rancangan dan cetak biru agar memadamkan benih api. Sebelum berkembang menjadi sebuah kebakaran.
– Intervensi
Manajemen organisasi harus berani “turun tangan” untuk ikut bekerja keras membendung krisis. Pengendalian keadaan akan menjadi langkah pertama dalam usaha menangani krisis. Jika gejolak terjadi di tengah karyawan, intervensi dari manajemen merupakan langkah yang dianjurkan. Namun, tentu harus selalu dalam koridor konsep PR yang ideal. Tujuannya agar tidak justru melahirkan krisis lanjutan.
Baca Juga | Strategi Menjawab Kelebihan dan Kekurangan Saat Interview
Nah, itu tadi penjelasan mengenai konflik dan krisis yang biasa terjadi pada organisasi. Tentunya disaat konflik dan krisis melanda, seorang PR harus mampu untuk dapat menangani hal tersebut. Bagi kamu yang ingin menjadi seorang profesional PR yang siap menghadapi konflik maupun krisis. Kini, Vocasia hadir dengan kursus Public Relation Masterclass. Kursus ini akan membekali kamu bagaimana caranya menjadi seorang PR yang handal. Tunggu apalagi, yuk buruan gabung, lagi ada diskon lho!
Info selengkapnya : Public Relation Masterclass I Vocasia.id
Leave a Reply