Tanggal:25 November 2024

10 Teori Komunikasi Massa Menurut Para Ahli

Menurut seorang ahli komunikasi Lyn H.Turner, pada dasarnya teori merupakan cerita tentang bagaimana dan mengapa sesuatu itu terjadi. Sebuah teori lahir dari asumsi, dan pengamatan mengenai segala fenomena-fenomena yang terjadi di kehidupan.

Ilmu komunikasi mempunyai kaitan erat dengan manusia. Sebab, ilmu komunikasi merupakan ilmu human communication. Segala sesuatu yang terjadi pada diri manusia mutlak melalui perantara komunikasi. Maka dari itu, teori-teori komunikasi harus bisa menjelaskan fenomena sosial dan alasan mengapa semua itu terjadi.

Komunikasi massa harus bisa menjelaskan berbagai fenomena yang berkaitan erat dengan akivitas manusia. Karena, media massa merupakan alat utama dalam komunikasi massa. Keterkaitan antar fenomena itu tidak akan lepas dari media massa. Bagaimana media massa mempengaruhi, membentuk, dan mengarahkan hidup manusia. Dan bagaimana pula fenomena media massa bisa menjelaskan berbagai aktivitas manusia dalam pergaulan sosialnya.

Dalam buku Pengantar Komunikasi Massa oleh Nurudin (2007). Terdapat 10 kategori teori-teori komunikasi massa. Berikut di bawah ini ulasannya.

10 Teori Komunikasi Massa Menurut Para Ahli

1. Teori Jarum Hipodermik (Hypodermic Needle Theory)

Ilustrasi Jarum Suntik(pexels.com/cottonbro)

Teori jarum hipodermik dikenal juga dengan Magic Bullet atau Stimulus Response Theory. Disebut sebagai jarum hipodermik karena teori ini dikesankan seakan-akan para audience bisa ditundukkan dengan pemberian informasi sesuai dengan apa yang di kehendaki oleh media. Sebagaimana di ibaratkan obat yang di simpan, dan disebar ke dalam seluruh tubuh melalui jarum suntik.

Selain itu teori ini juga mengasumsikan bahwa media memiliki kekuatan yang perkasa, dan lebih pintar. Dibandingkan audience yang bersifat pasif atau tidak tahu apa-apa. Akibatnya, audience bisa dikelabui sedemikian rupa dari apa yang diberitakan oleh media. Oleh karena itu, untuk menghindari dampak negatif dari pemberitaan di media massa. Penting sekali bagi audience untuk selalu menyaring informasi yang diberitakan oleh media.

2. Teori Pengembangan (Cultivation Theory)

Ilustrasi Televisi(pexels.com/mike)

Teori kultivasi atau disebut dengan teori pengembangan pertama kali diperkenalkan oleh Profesor George Gerbner. Pada pertengahan tahun 1960 an, Ia memulai proyek penelitian mengenai “Indikator Budaya”. Untuk mempelajari pengaruh nonton televisi terhadap kehidupan masyarakat.

Menurut teori kultivasi, televisi menjadi media atau alat utama di mana para penonton dapat belajar tentang masyarakat dan kultur lingkungannya. Persepsi apa yang terbangun di benak penonton sangat ditentukan oleh televisi. Ini artinya, melalui kontak penonton dengan televisi, seseorang dapat belajar tentang dunia, orang-orangnya, nilai-nilainya, serta adat kebiasaannya.

Berdasarkan pendapat para peneliti, televisi adalah pendongeng utama di dalam masyarakat masa kini. Dengan menonton televisi masyarakatmeraih berbagai informasi. Selain itu televisi juga menampilkan sebuah tayangan mainstream atau pandangan yang seragam mengenai dunia saat ini.

Sehingga bagi para pecandu berat televisi (heavy viewers) akan menganggap bahwa apa yang terjadi di televisi adalah dunia senyatanya.  Padahal sebenarnya hal tersebut belum tentu terjadi di dunia nyata. Dengan kata lain, penilaian, persepsi, dan opini penonton televisi, digiring sedemikian rupa agar sesuai dengan apa yang mereka lihat di televisi.

3. Teori Imperialisme Budaya (Cultural Imperialism Theory)

Ilustrasi Budaya(pexels.com/pixabay)

Teori imperialisme budaya pertama kali dikemukakan oleh Herb Schiller pada tahun 1973. Teori ini menyatakan bahwa negara barat mendominasi media di seluruh dunia. Alasannya, media barat mempunyai efek yang kuat untuk mempengaruhi media di negara-negara lainnya. Seperti negara-negara berkembang, yang cenderung sulit untuk memproduksi media massa seperti negara barat, karena berbagai keterbatasannya.

Selain itu teori ini juga berpandangan bahwa media dapat membantu memodernisasikan dengan memperkenalkan nilai-nilai barat yang dilakukan. Dengan mengorbankan nilai-nilai tradisional dan hilangnya keaslian budaya lokal. Nilai-nilai yang diperkenalkan itu adalah nilai kapitalisme. Nilai ini disengaja agar menempatkan negara yang sedang berkembang lebih kecil dibawah kepentingan kekuasaan kapitalis yang lebih mendominasi.

4. Teori Persamaan Media (Media Equation Theory)

Ilustrasi Dua Orang Berbicara(pexel.com/george milton)

Media Equation Theory atau teori persamaan media ini ingin menjawab persoalan mengapa orang-orang secara tidak sadar. Dan bahkan secara otomatis merespon apa yang dikomunikasikan media seolah-olah media itu juga manusia. Teori ini memperhatikan bahwa media juga bisa diajak berbicara. Media bisa menjadi lawan bicara individu seperti dalam komunikasi interpersonal yang melibatkan dua orang dalam situasi face to face.

Misalnya, ketika kita sedang mencari informasi tentang pengolahan data dengan menggunakan komputer. Maka kita seakan berbicara secara langsung meminta informasi tersebut, seolah-olah komputer itu manusia. Kita juga menggunakan media lain untuk berkomunikasi. Bahkan kita berperilaku secara tidak sadar seolah-olah media itu manusia.

5. Teori Spiral Keheningan (Spiral Of silence Theory)

Ilustrasi Keheningan Alam(pexels.com/johannes plenio)

Teori spiral keheningan yang diperkenalkan oleh Elizabeth Noelle Neumann ini menganggap bahwa suara minoritas sulit diterima oleh media. Sehingga menyebabkan kelompok minoritas ini harus menyembunyikan pendapat maupun pandangannya ketika berada dalam kelompok mayoritas.

Seseorang yang berpikir, bahwa mereka adalah orang minoritas akan menekan pandangannya. Namun daripada itu jika seseorang mempunyai pendirian yang sangat kuat. Maka orang tersebut tidak akan mudah mengikuti opini mayoritas. Sebagai contoh jika opini menyangkut kepecayaan. Seorang muslim percaya daging babi itu haram, dan dia percaya betul hal itu. Tentu dia akan menolak dengan sangat tegas jika ada opini yang mengatakan bahwa daging babi halal untuk muslim.

6. Teori Determinisme Teknologi (Technological Determinism Theory)

Ilustrasi Teknologi(pexels.com/this is engineering)

Teori determinisme teknologi ini dikemukakan oleh Marshall McLuhan pada tahun 1962. Ide dasar  teori ini adalah bahwa perubahan yang terjadi pada berbagai macam cara berkomunikasi akan membentuk pula keberadaan manusia itu sendiri. Teknologi membentuk individu bagaimana cara berpikir, berprilaku dalam masyarakat. Sehingga teknologi tersebut pada akhirnya mengarahkan manusia untuk bergerak lebih maju.

7. Teori Difusi Inovasi (Diffusion of Innovation Theory)

Ilustrasi Menggunting(pexels.com/kaboompics)

Munculnya Teori Difusi Inovasi dimulai pada tahun 1903 oleh seorang sosiolog asal perancis, Gabriel Tarde. Menurut teori ini sesuatu yang baru akan menimbulkan keingintahuan masyarakat untuk mengetahuinya. seseorang yang menemukan hal baru cenderung mensosialisasikan dan menyebarkannya. Jadi teori ini menitikberatkan bahwa manusia ketika menemukan hal baru, cenderung akan membagikan informasi tersebut kepada orang lain melalui media massa.

8. Teori Penggunaan Dan Kepuasan (Uses and Gratification Theory)

Ilustrasi Wanita Puas Berbelanja(pexels.com/tim douglas)

Teori penggunaan dan kepuasan ini digagas oleh Hebert Blumer, Elihu Katz, dan Michael Gurevitch. Teori ini merupakan kebalikan dari teori jarum hipodermik. Dalam teori jarum hipodermik, media sangat aktif dan berpengaruh besar. Sementara audience berada di pihak yang pasif. Sementara dalam teori ini ditekankan bahwa audience aktif untuk menentukan media mana yang harus dipilih untuk memuaskan kebutuhannya.

9. Teori Pengaturan Agenda (Agenda Setting Theory)

Ilustrasi Perekaman Sebuah Video(pexels.com/le minh)

Teori pengaturan agenda menciptakan public awareness (kesadaran masyarakat) dengan menekankan sebuah isu yang dianggap paling penting untuk dilihat, didengar, dibaca, dan dipercaya di media massa. Tokoh yang merumuskan teori ini adalah Bernard Cohen, Maxwell McCombs, dan Donald Shaw.

Teori ini didasari oleh asumsi para peneliti. Yaitu bahwa pers dan media tidak merefleksikan kenyataan yang sebenarnya kepada publik. Dan media lebih mengajak membahas suatu isu tersebut, dibandingkan membahas isu-isu yang lainnya.

10. Teori Media Kritis (Media Critical Theory)

Ilustrasi Tulisan ‘Hate Messages'(pexels.com/markus winkler)

Teori Media Kritis berasal dari aliran ilmu-ilmu kritis yang bersumber pada ilmu sosial Marxis. Teori ini melihat bahwa media tidak lepas kepentingan, terutama sarat kepentingan kaum pemilik modal, negara atau kelompok yang lebih kuat lainnya. Dalam artian ini, media menjadi alat dominasi masyarakat.

Selanjutnya, teori kritis melihat bahwa media adalah pembentuk kesadaran. Representasi yang dilakukan oleh media dalam sebuah struktur masyarakat lebih dipahami sebagai media yang mampu memberikan konteks pengaruh kesadaran (manufactured consent). Ini sebabnya media dijadikan sebagai agen sosial yang dapat mempengaruhi masyarakat secara luas.

Nah, Itu tadi ulasan mengenai 10 teori komunikasi massa menurut para ahli. Semoga artikel ini bermanfaat. Jangan lupa baca-baca artikel lainnya ya!

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *